Senin, 30 Agustus 2010

Haruskah merangkak ?


Apakah anak yang tidak merangkak menandakan suatu gangguan perkembangan, atau akan berdampak buruk nantinya? Belum ada data yang memastikan.


Menurut para ahli terapis anak di Amerika Serikat, merangkak adalah pencapaian penting dalam perkembangan anak yang berdampak jangka panjang. Dengan tidak merangkak, otot bagian atas tubuh anak termasuk otot tangan menjadi kurang terlatih. Efek akan terlihat pada kemampuan anak menyangga tubuh bagian atas, yang diperlukan ketika anak menulis, berpa-kaian, memanjat atau mengangkat tubuh keluar dari kolam renang. Menurut para ahli ini, anak-anak yang tidak merangkak, akan lebih lambat menguasai kete-rampilan sejenis ini.

Di sisi lain, para ahli medis anak di Amerika Serikat berpendapat sebaliknya. Menurut mereka, belum ada data yang menunjukkan dampak negatif tidak merangkak. Nyatanya, banyak juga anak yang tidak merangkak, tak mengalami hambatan apa pun dalam perkembangannya. Menurut mereka, merangkak tidak sepenting pencapaian lain seperti berjalan dan berdiri.

Sementara masih jadi perdebatan para ahli, tidak perlu cemas berlebihan jika si kecil ternyata tidak merangkak. Diskusikan saja dengan dokter anak, apalagi jika ada pencapaian lain yang belum dikuasai si kecil seperti duduk tanpa dibantu, atau terlalu dominan pada sisi tubuh tertentu.

Berikut 2 alasan mengapa anak kurang mendapat kesempatan untuk merangkak:

• Anak menemukan cara lain untuk bergerak. Hati-hati lho, anak yang terlalu banyak digendong bisa malas berusaha dengan kemampuannya sendiri untuk bergerak.

• Anak terlalu banyak dibaringkan terlentang. Posisi terlentang memang sangat dianjurkan ketika anak tidur untuk mencegah SIDS (Sudden Infant Death Syndrome). Tapi, saat dia bangun sebaiknya diimbangi dengan telungkup.

Aktivitas yang baik untuk merangsang merangkak adalah tummy play atau aktivitas bermain di atas kasur/karpet di mana anak diletakkan berbaring pada perutnya atau tertelungkup (bukan pada saat tidur). Lalu, sebarkan mainan kesukaan dia di sekitarnya. Dengan begini, anak diharapkan untuk terdorong merangkak meraih mainannya.

**sumber : parenting.co.id

Ketika Si Bayi Terserang Flu



Nama lain flu adalah influenza, common cold, batuk pilek, atau kadang, masuk angin. Biasanya penularan terjadi saat penderita awal terbatuk, bersin, dan terlontar melalui kontak tangan. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus yang jenisnya sangat banyak, tetapi gejalanya mirip.

Diterangkan oleh dr Suririnah, dalam bukunya yang berjudul
Buku Pintar Merawat Bayi 0-12 Bulan, mengatakan, gejala flu antara lain; batuk, pilek, bersin, nafsu makan menurun, nyeri bila menelan makanan, dan demam (biasanya tak lebih dari 38.5 derajat Celsius).

Flu sebenarnya bukan penyakit berbahaya, karena jarang menimbulkan komplikasi, meski disertai demam tinggi sekalipun. Namun, meski tidak berbahaya, bayi dan anak yang terkena flu akan cukup terganggu. Umumnya, anak jadi sulit tidur, tak mau makan, dan rewel. Perlu diwaspadai pula, jika kondisi daya tahan tubuh anak menurun, bisa terjadi komplikasi; pneumonia, bronkitis, infeksi telinga, sinus, atau hingga infeksi telinga tengah.

Dr Suririnah berbagi tips bagaimana menangani flu pada anak;
* Pastikan si anak mendapat istirahat dan cairan yang cukup. Beri ASI atau susu sesering mungkin, atau makanan padat (jika sudah mulai), seperti sup dan buah-buahan untuk tambahan cairan.

* Untuk bayi yang kurang dari 6 bulan, bantu bayi mengeluarkan ingus dengan alat penyedot ingus yang banyak di pasarran.

* Bantu ia mengeringkan lendir di daerah kepala dengan meletakkan selimut yang dilipat di antara kasur dan ranjangnya di bagian kepala, agar posisi kepala lebih tinggi.

* Perlu diketahui, bahwa penyebab flu adalah virus, dan tidak akan bereaksi dengan antibiotika. Dokter baru akan memberi antibiotika jika sudah terjadi komplikasi infeksi bakteri, seperti radang paru-paru atau infeksi telinga.

* Periksa suhu tubuh bayi dengan termometer khusus untuk memastikan suhunya tetap dalam kondisi yang baik.

Bayi baru lahir sering bersin untuk mengeluarkan sisa lendir dan sebagai reaksi tubuh untuk membersihkan jalan napas yang teriritasi. Keadaan ini normal, dan bukan tanda-tanda flu. Namun, jika Anda merasa ada keraguan, sebaiknya selalu konsultasikan dengan dokter anak kepercayaan Anda.

**sumber : Kompas.com

Selasa, 03 Agustus 2010

Contoh makanan padat untuk bayi


Contoh Makanan Padat :
Usia 6 bulan :
Bubur susu 1-2 sendok makan, dua kali sehari.
Sayuran dalam jumlah sekitar 1-2 sendok makan, dilumatkan.
Buah dalam jumlah kecil, sekitar 1-2 sendok makan, dilumatkan.

Usia 7 bulan :
Bubur susu 2-3 sendok makan, dua kali per hari.
Sayuran 2-4 sendok makan, dilumatkan.
Buah 2-4 sendok makan, dilumatkan. Ikan, daging, ayam, 1-2 sendok makan, dilumatkan.
Kentang 1 sendok makan, dilumatkan.

Usia 8 bulan :
Bubur susu 2-3 sendok makan, dua kali per hari.
Sayuran 6-8 sendok makan, dilumatkan.
Buah 2-4 sendok makan, dihaluskan.
Daging, ikan, ayam, 1-2 sendok makan, dilumatkan. Kentang, nasi, 1-2 sendok makan, dilumatkan.

Usia 9 bulan :
Bubur susu 3-4 sendok makan, dua kali sehari.
Sayuran 2-3 sendok makan, dilumatkan.
Buah 3-4 sendok makan, dihancurkan.
Ikan, daging, ayam, 1-2 sendok makan, dilumatkan.
Kentang, nasi, 2-3 sendok makan, dilumatkan.

Usia 10 bulan
Bubur susu 3-4 sendok makan, dua kali sehari.
Sayuran 3-4 sendok makan, dilumatkan atau dicincang kasar.
Buah 3-4 sendok makan, dihancurkan atau dicincang kasar.
Ikan, daging, ayam, 1-2 sendok makan, dilumatkan atau dicincang kasar.
Kentang, nasi, 2-3 sendok makan, dilumatkan.

Usia 11 bulan :
Bubur susu 4 sendok makan, dua kali sehari.
Sayuran 3-4 sendok makan, dilumatkan atau dicincang kasar.
Buah 3-4 sendok makan, dihancurkan, dilumatkan, atau dicincang.
Ikan, daging, ayam, 2-4 sendok makan, dilumatkan atau dicincang.
Kentang, nasi, 4-5 sendok makan, dilumatkan atau dicincang.

Usia 12 bulan
Bubur susu 4 sendok makan, dua kali sehari.
Sayuran 3-4 sendok makan, dicincang kasar.
Buah 3-4 sendok makan, dicincang.
Ikan, daging, ayam, 3-4 sendok makan, dicincang.
Kentang, nasi, 2-3 sendok makan, dicincang atau sedikit dihancurkan.


*Sumber : Kompas.com

Makanan Terlarang untuk Bayi


Kebanyakan ibu biasanya masih ragu, makanan apa yang perlu disiapkan untuk memperkenalkan makanan padat untuk bayi. Usia yang disarankan bagi anak untuk disapih dari ASI dan susu formula adalah 4-6 bulan, demikian menurut American Academy of Pediatric. Setelah itu, perlahan-lahan Anda bisa mulai menyediakan makanan baru agar pencernaannya mulai menyesuaikan diri. Anda juga bisa memberikan makanan baru ini sebagai tambahan untuk ASI atau susu formulanya.

Ketika anak mulai disiapkan untuk menerima makanan-makanan baru, ada beberapa jenis makanan yang sebaiknya tidak mereka konsumsi hingga usianya 1 tahun:

Madu
Madu bisa saja mengandung spora botulisme, salah satu kondisi yang disebabkan akibat keracunan makanan. Saluran usus orang dewasa mungkin cukup kuat untuk mencegah pertumbuhan spora ini, tetapi sistem pencernaan bayi belum mampu melakukannya. Mengonsumsinya bisa menimbulkan racun yang cukup membahayakan.

Selai kacang
Teksturnya yang tebal dan lengket membuat bayi sulit untuk menelannya. Belum waktunya bagi Anda untuk memperkenalkan selai kacang atau olesan lainnya yang bertekstur sama untuk si kecil.

Susu sapi
ASI masih menjadi pilihan terbaik sampai si kecil berusia 1 tahun. Pasalnya, bayi masih belum dapat mencerna protein dalam susu sapi dengan semestinya. Lagi pula, susu sapi tidak mengandung nutrisi yang diperlukan seperti pada ASI. Susu sapi juga mengandung mineral-mineral yang bisa saja merusak ginjalnya yang sedang berkembang.

Makanan lain yang perlu dihindari

Garam (ginjal bayi belum cukup kuat untuk menerimanya), makanan rendah lemak (tidak disarankan untuk anak di bawah usia 2 tahun), jus buah atau jeruk murni, telur mentah, pemanis buatan, hot dog, dan sosis yang tinggi kadar lemak. Begitu pula makanan dengan tambahan bumbu dan rempah-rempah.

Makanan yang bikin tersedak
Makanan sebesar kacang paling aman untuk bayi karena peluang untuk tersedak sangat kecil. Jadi, selalu potong seukuran dadu makanan apa pun yang Anda siapkan untuk bayi, entah itu buah, sayuran, keju, atau daging. Makanan yang kecil, tetapi keras, seperti kacang, popcorn, permen, atau kismis, perlu dihindari agar si kecil tidak tersedak. Bahkan, makanan yang lunak seperti marshmallow atau jelly pun bisa tersangkut di kerongkongannya.

Alergi

Biasanya Anda akan diminta dokter menunggu sampai si kecil berusia 1 tahun atau lebih untuk memperkenalkan makanan padat yang bisa mengandung alergen. Contohnya, makanan yang mengandung kacang. Sebaiknya kenalkan jenis makanan baru secara berangsur-angsur. Tunggu saja sampai beberapa hari untuk memastikan bayi tidak mengalami reaksi negatif dari makanan tersebut. Jika keluarga Anda memang cenderung mengalami alergi, konsultasikan dulu ke dokter mengenai cara memperkenalkan makanan, seperti susu sapi, kacang, gandum, ikan, dan telur.

Tidak makan di mobil
Jangan biarkan anak makan sendiri di dalam mobil, apalagi jika Anda sedang memegang kemudi. Ketika jalanan tidak rata, lonjakan yang ditimbulkan bisa bikin anak tersedak.

Kapan bayi boleh makan?

Dalam beberapa minggu pertama setelah disapih, bayi bisa diberi makan puree (bubur buah), seperti puree wortel, kentang, ubi jalar, pisang, dan pir. Makanan bayi kemasan sebaiknya dibatasi karena sering kali mengandung banyak gula. Yang paling aman memang membuat sendiri makanan untuk si kecil.

*sumber : Kompas.com