Selasa, 28 September 2010

Menyusui, Kontrasepsi Alami


Pemberian ASI eksklusif tak hanya bermanfaat bagi tumbuh kembang bayi. Bagi ibu, menyusui secara eksklusif bisa mencegah kehamilan atau sebagai alat kontrasepsi alami.

Pada saat menyusui bayi, tubuh ibu tak mampu menghasilkan sel telur yang matang. Jadi meskipun sel sperma berhasil masuk, sel telur yang ada tidak siap untuk dibuahi. Alhasil, kehamilan pun tidak terjadi.

Boleh dibilang, menyusui dengan ASI eksklusif merupakan salah satu metode ber-KB alami. Dalam bahasa medis disebut MAL (metode amenorea laktasi). Menurut dr.Asti Praborini, Sp.A, MAL adalah kontrasepsi yang mengandallkan pemberian ASI pada masa menyusui bayi. "Cara kerja MAL serupa dengan metode kontrasepsi hormonal, yaitu menunda atau menekan ovulasi atau pelepasan sel telur," katanya.

Memang efek kontrasepsi dari menyusui ini berbeda-beda masanya. Ada yang kembali haid setelah satu bulan berhenti menyusui. Ada juga wanita yang harus menunggu berbulan-bulan lamanya sampai akhirnya haid datang lagi. Namun begitu, pada beberapa kasus ada ibu menyusui yang "kecolongan". Jadi haid yang tak kunjung muncul itu bisa saja karena ibu telah hamil lagi.

Menurut dr.Asti, jika seorang ibu ingin menggunakan MAL, ada tiga kriteria utama yang harus dipenuhi agar berjalan efektif. Kriteria itu antara lain, memberikan ASI secara eksklusif, ibu belum mendapatkan menstruasi, dan bayi belum berusia enam bulan.

Jika salah satu dari kriteria ini tidak dipenuhi, maka penggunaan kontrasepsi dengan cara MAL akan gagal. "Oleh karena wanita biasanya mengalami ovulasi sebelum mendapatkan menstruasi, maka terdapat risiko ibu dapat hamil sebelum menstruasi kembali," katanya.

Pada beberapa kasus, kehamilan dapat tetap terjadi meski ibu memberi ASI eksklusif, yang artinya MAL tidak efektif 100 persen. Tetapi memang seorang ibu yang memberikan ASI eksklusif akan menjadi lebih tidak subur selama 6 bulan pertama setelah melahirkan.

*Sumber : Kompas.com

Rabu, 22 September 2010

Baby Walker Tidak Disarankan?


Baby walker, alat untuk bantu anak belajar berjalan ternyata tak disarankan. Baby walker biasanya menahan bayi dalam posisi berdiri dengan penahan kain, dan membantunya berjalan dengan roda di sekelilingnya. Buat para orang tua, produk ini amat membantu karena tak perlu dipegangi seharian. Namun, ternyata produk ini tidak disarankan untuk bayi.

American Academy of Pediatrics (AAP) mengatakan, produk ini bisa sebabkan bayi terluka serius. Berikut alasannya:
* Diperkirakan, produk baby walker adalah produk bayi yang paling banyak menyebabkan kecelakaan pada bayi ketimbang produk lainnya.

* Bayi yang berada dalam produk ini dilaporkan mengalami banyak kecelakaan. Mulai dari kecelakaan di sekitar kompor panas, kolam, dan furnitur rumah tangga.

* Kebanyakan anak berusia di bawah 15 bulan yang mengalami kecelakaan menggunakan baby walker terluka di sekitar tangga.

* Bahkan gerbang yang dipasang di ujung tangga tidak bisa mencegah anak terluka di sekitar tangga, meski dijaga oleh orang dewasa sekalipun.

* Riset mengatakan, bahwa baby walker tidak menguntungkan bagi perkembangan bayi. Baby walker tidak mengajarkan anak atau membantu mereka berjalan lebih cepat ketimbang bayi yang tidak menggunakannya. Baby walker mencegah kesempatan anak untuk belajar menarik dirinya berdiri, merangkak, dan memanjat.

* Boks bayi yang berisi mainan anak adalah pilihan yang lebih baik ketimbang baby walker. Tempat ini memberikan banyak aktivitas untuk menstimulasi bayi sambil menjaga keamanan mereka.

*Sumber : kompas.com

Keringet Buntet, Apa Penyebabnya?


Keringet buntet alias biang keringat merupakan kelainan kulit yang disebabkan tersumbatnya kelenjar keringat. Karena ada istilah "tersumbat" inilah makanya orang awam kerap menyebut biang keringat sebagai keringet buntet. Bagian tubuh yang diserang adalah daerah kepala, punggung, dada, dan bahkan muka. Maklumlah, hampir semua anggota tubuh manusia mengandung kelenjar keringat, kecuali mulut.

Sejak manusia lahir, terang dr Ari Muhandari Ardhie, SpKK, spesialis kulit dan kelamin dari Klinik Kulit & Kelamin RSAB Harapan Kita, Jakarta, sudah memiliki kelenjar keringat dan jumlahnya tak akan berubah karena tak ada penambahan. "Hanya pada bayi fungsi kelenjar keringatnya belum berjalan sempurna sehingga bayilah yang lebih kerap mengalami sumbatan kelenjar keringat." Itulah mengapa, biang keringat lebih umum ditemukan pada bayi.

Baju dan ventilasi
Tetapi, bukan berarti setiap bayi akan mengalami biang keringat, lo. Banyak juga, kok, bayi yang tak mengalaminya. Bukan lantaran bayi yang satu lebih rentan dengan biang keringat dibanding bayi lainnya, melainkan perawatan kulitnya. "Jika kulit bayi dirawat dengan baik, biang keringat juga tak akan terjadi, kok," ujar Ari.

Apalagi, tambahnya, biang keringat sebenarnya mudah dihindari. Misalnya, dengan memakaikan baju dari bahan yang menyerap keringat. Bahan katun bisa menjadi salah satu alternatif. Tapi modelnya jangan terlalu ketat, lho. Kalau modelnya ketat, meskipun bahannya katun, tetap saja akan mudah keringatan. Tapi kalau longgar, kan, lebih nyaman. Tentunya, ventilasi ruangan juga harus diperhatikan agar sirkulasi udaranya bagus.

"Nah, inilah prinsip-prinsip dasar mencegah dan mengobati tahap pertama biang keringat," tukas Ari. Jadi, Bu-Pak, bila si kecil mengalami biang keringat segeralah cari faktor pencetusnya, apakah karena pakaiannya yang tak tepat ataukah ventilasinya kurang. Bila keduanya sudah baik namun masih terjadi biang keringat, "bisa jadi karena kelalaian sang ibu atau pengasuhnya," tandas Ari. Misalnya, saat bayi berkeringat banyak dan bajunya basah tak langsung diganti bajunya dan dikeringkan badannya. Hal ini juga memicu terjadinya biang keringat, lho.

Bedak gatal
Biasanya para ibu akan memberi bedak tabur bayi di daerah yang terkena biang keringat. "Enggak apa-apa, kok, karena fungsi bedak, kan, untuk menyerap sisa kelembaban sehingga kulit jadi kering kembali," kata Ari. Juga, tak usah khawatir kulit si kecil akan bertambah kering dan bersisik dengan digunakannya bedak tabur. "Tanpa diberi bedak pun, pada dasarnya kulit dengan biang keringat sudah seperti bersisik kasar karena bentuknya yang bintil-bintil kecil berisi air.

Lagi pula, dalam waktu singkat juga akan dibuang bersama pengelupasan kulit karena letaknya sangat dangkal," terangnya. Bisa juga digunakan bedak khusus untuk mengatasi biang keringat yang dijual di pasaran, terutama bila biang keringatnya tetap membandel. "Bedak-bedak tersebut biasanya mengandung zat tambahan untuk mengurangi rasa gatal. Namun tak apa, karena prinsip pengobatan biang keringat hanya symptomatic atau mengurangi gejalanya saja. Selain itu, tentunya para produsen pun sudah memperhitungkan bahan-bahan yang aman bagi bayi."

Adapun bahan tambahan yang biasanya digunakan untuk mengurangi rasa gatal biang keringat ialah calamine dan mentol. "Kedua bahan ini aman untuk bayi," ujar Ari. Tapi tentu yang namanya individual cases atau exceptional casespasti ada. Misalnya, bayi A ternyata tak cocok pakai bedak biang keringat. "Mungkin ia rentan karena usia yang lebih muda. Bukankah usia muda memang lebih mudah mengalami iritasi?"

Nah, kalau sudah demikian berarti sudah menjadi tugas dokter. Serahkan juga pada dokter bila biang keringat akhirnya menjadi infeksi sekunder yang biasanya kerap terjadi pada biang keringat tipe dua"Karena gatal, maka anak-anak kerap menggaruknya sehingga terjadi infeksi sekunder. Bintil-bintil yang berwarna merah tersebut akan berisi nanah," tutur Ari. Biasanya dokter akan mempertimbangkan untuk memberikan obat antibiotik.

Hati-hati jamur
Yang perlu diperhatikan, ujar Ari, jangan sampai orang tua keliru mengira biang keringat padahal sebenarnya jamur. "Ini sering terjadi, lho. Orang tua mengeluh, biang keringatnya, kok, enggak sembuh-sembuh. Sewaktu diperiksa baru ketahuan itu bukan biang keringat, melainkan jamur," tuturnya. Oleh karena itu, anjurnya, sebaiknya orang tua yang sudah mencoba obat-obatan biang keringat memperhatikan bentuk hasil uji cobanya. Apalagi, sering terjadi kulit bayi tetap tak membaik meskipun sudah dicoba berbagai obat gatal.

"Sebaiknya bawa ke dokter terdekat untuk memastikan apakah benar biang keringat atau jamur. Karena orang awam mungkin sulit membedakan jamur dengan biang keringat. Mereka hanya lihat bintil-bintil merah. Tapi kalau dokter, pada umumnya dengan melihat sepintas bisa membedakan ini jamur atau biang keringat." Begitu pun bila bayi mengalami bruntusan merah di daerah kelamin.

"Itu bukan biang keringat karena tak ada pengaruhnya antara BAK dengan biang keringat. BAK merupakan fungsi sekresi yang berhubungan dengan saluran kemih, sedangkan biang keringat adalah sumbatan kelenjar keringat," terang Ari. Begitu juga bila bokong bayi mengalami bintil-bintil erah, "urusannya bukan pada biang keringat tapi lebih ke ruam popok."

Bagaimanapun, memang lebih aman diperiksakan dulu ke dokter baru kemudian diobati.

*Sumber : Tabloid Nakita/Faras Handayani

Selasa, 21 September 2010

Tips Mengamankan si Kecil


Di usia bayi hingga toddler (1-3th), si kecil memang belum mengerti tentang bahaya. Dalam masa eksplorasinya, dia mencoba apa saja tanpa memikirkan bahayanya. Mau tak mau, Anda atau siapa pun yang mengasuhnya harus lebih banyak berperan untuk mengamankan. Tapi, Anda perlu pandai menjaga ke-seimbangan antara faktor keamanan dan keinginan anak untuk eksplorasi. Jangan sampai larangan Anda justru bikin dia makin penasaran.

Kendati sulit mengantisipasi semua hal yang bisa membahayakan si kecil, yang penting adalah selalu berada satu langkah di depan. Jeli mengamati apa saja yang dapat mengundang celaka adalah cara mujarab untuk menghindarkan si kecil dari bahaya dan mengurangi rasa was-was Anda. Berikut beberapa poin childproofing, sekadar untuk mengingatkan Anda:

Hindari penggunaan taplak meja karena bisa ditarik oleh si kecil. Bahayanya, si kecil dapat tertimpa benda yang ikut tertarik bersama taplak.

Kembalikan segala sesuatu ke tempatnya, untuk mencegah benda berbahaya bisa dijangkau.

Jauhkan tas Anda dari jangkauan. Apalagi jika terdapat obat-obatan pribadi atau peniti.

Awas dengan benda sekecil apapun yang teramati di lantai. Singkirkan segera sebelum si kecil melihat dan ’mencicipi’nya.

Jangan biarkan si kecil berlari dengan mulut penuh agar tak tersedak.

Pungut mainan yang jatuh, dan bersihkan bekas ompol si kecil segera agar dia tidak terpeleset.

*sumber : parenting.co.id

Rabu, 15 September 2010

Ketika Si Kecil Gemar Menggigit


Tiba-tiba Anda melihat si kecil menggigit lengan temannya, Anda pun mulai panik dan bertanya-tanya, mengapa si kecil yang masih berumur 1-3 tahun seperti itu. Mengapa ia jahat? Tunggu dulu, ketahuilah bahwa menggigit adalah hal yang normal pada perkembangan anak.

Masing-masing anak memiliki alasan yang berbeda untuk menggigit. Ada yang menggigit karena ia merasa gusi gatal yang disebabkan oleh pertumbuhan awal gigi, ada pula yang menggigit karena ingin melihat reaksi dan perhatian orang lain.

Meski ini adalah fase yang umum dan normal, tetap saja perilaku semacam ini bukanlah hal yang bisa dibanggakan oleh orangtua. Berikut adalah beberapa hal yang menjadi penyebab si kecil menggigit.

* Ia dalam kesakitan. Ketika si bayi mulai menggigit, biasanya disebabkan oleh gusi gatal yang baru mau ditumbuhi oleh gigi. Ia menggigit untuk meredakan rasa sakit karena gusi yang membengkak karena terdorong oleh gigi yang mau tumbuh.

* Sedang mengeksplorasi dunia.
Anak yang masih sangat kecil menggunakan mulutnya untuk mengeksplorasi dunia, sama seperti mereka menggunakan tangan-tangan kecilnya. Segala macam hal yang bisa mereka pegang akan mereka coba dengan lidahnya. Di usia ini, anak belum bisa menyuruh dirinya sendiri untuk tidak menggigit hal-hal yang membuatnya tertarik.

* Mencari respons. Bagian dari eksplorasi adalah keingintahuan. Batita bereksperimen untuk melihat reaksi apa yang akan mereka dapatkan. Mereka menggigit teman atau saudaranya untuk mendengar eksklamasi terkejut tanpa menyadari bahwa tindakan tersebut bisa menyakiti orang lain.

* Mencari perhatian. Untuk anak-anak yang sudah agak besar, menggigit adalah sikap nakal yang mereka gunakan untuk mencari perhatian. Ketika anak merasa diasingkan, ia akan mencari cara untuk diperhatikan meski atensinya bersifat negatif, bukan positif.

* Frustrasi. Menggigit, sama seperti memukul, adalah salah satu cara untuk anak mengekspesikan dirinya ketika ia masih terlalu muda untuk mengekspresikan perasaannya lewat kata-kata. Bagi si kecil, gigitan bisa berarti permintaan untuk diberikan mainannya untuk memberitahu pada orangtuanya bahwa ia tak bahagia, atau untuk memberitahu teman sepermainannya bahwa ia sedang ingin sendiri dan tak ingin diganggu.

*sumber : Kompas.com