Senin, 29 November 2010

Tips Hadapi Balita Aktif dan Tak Mau Diam


Menurut Dr. Marilyn Heins, MD, dokter anak dan penulis buku “Parent Tips” dari Amerika Serikat, perilaku aktif anak-anak 2-3 tahun yang tak mau diam ini, normal. Rentang perhatian anak usia ini pendek. Namun bila ia menjadi terlalu aktif, bisa jadi karena pola asuh orangtua yang berlebihan memberikan perhatian dan stimulasi.

Di lain pihak, ibu dan ayah jarang membiarkan balita mengerjakan sesuatu dan memecahkan masalah sendiri. Menurut Heins, orangtua jenis ini termasuk tipeoverparenting. Apa yang perlu orangtua lakukan?
  1. Lakukan kegiatan yang seru setiap hari bersamanya dan pikirkan kegiatan kreatif. Jangan-jangan balita tidak mau diam karena ia bosan dengan kegiatan yang itu-itu saja. Ajak anak berlari di halaman, menari, mengikuti tingkah tokoh Tiger di televisi yang senang melompat-lompat.
  2. Izinkan balita membantu pekerjaan rumah tangga. Tidak apa-apa bila ia merebut sapu si Mbak, menyapu lantai atau sibuk mengelap meja bisa membuatnya tenang.
  3. Perhatikan mainan yang dapat membuat anak duduk tenang dan fokus. Apakah ia senang memakaikan baju boneka, menyisir rambut boneka dan sebagainya.
  4. Melihat balita tampak sangat aktif, Anda bisa mengatakan, “Sayang..., coba diam sebentar Nak.”
  5. Jika anak memang tak mau diam, biarkan saja. Yang penting awasi dia agar tidak menyentuh barang-barang berbahaya, misal barang pecah belah, stop kontak dan lain lain.
  6. Waktu Main, Waktu Istirahat. Kenalkan balita kegiatan menyalurkan energi dan waktu untuk beristirahat. Jenuh bermain di dalam rumah, lakukan kegiatan outdoor: bersepeda, main ayunan, perosotan dan sepak bola. Saat bermain tetap memperhatikan aturan keamanan.
  7. Temukan kegiatan yang anak sukai dan bisa membuatnya lelah.
  • Balita suka memanjat kursi, biarkan ia naik-turun kursi dengan pengawasan Anda dan pastikan kursinya kuat dinaiki anak.
  • Ajak anak berenang, ke playground atau main bola sekali seminggu.
  • Menyediakan sarana bermain outdoor seperti kolam renang plastik, kotak berisi pasir, mainan yang bisa ditumpuk seperti balok-balok bola dan sebagainya.
  • Jika anak suka anak anjing, beri dia anjing yang energik seperti Golden

*sumber : ayahbunda.co.id

Kamis, 25 November 2010

5 Langkah Latih Motorik Halus Bayi


Perkembangan kemampuan motorik anak dalam setahun pertama usianya memang sangat pesat dan terkesan tidak beraturan, namun sebenarnya hal ini terjadi berurutan. Perkembangan biasanya dimulai dari kepala hingga kaki. Bagian kepala dan lengan berkembang lebih dulu ketimbang kaki. Ada pula bayi yang bisa mengkontrol bagian tengah tubuhnya terlebih dulu baru ia bisa menggerakkan jari tangan dan kakinya sesuai perintah.

Berikut adalah beberapa titik penting perkembangan motorik anak dari kepala hingga jari kaki, serta saran untuk membantu perkembangan bayi:

1. Kendali kepala
Salah satu hal yang penting untuk diketahui orangtua baru adalah cara menyangga kepala bayi, karena bayi belum bisa menyangga kepalanya sendiri hingga usianya 3 bulan.
* Saat otot lehernya sudah menguat, ia akan bisa melakukan semacam push up kecil, dengan mengangkat kepala dan dadanya menjauh dari lantai atau kasur.
* Di usia sekitar 7 bulanan, si bayi akan sudah memiliki kontrol penuh terhadap lehernya, serta sudah bisa menjaga stabil dalam waktu cukup lama sambil duduk di pangkuan atau diangkat.

Tips melatihnya:
- Letakkan bayi sambil menelungkup di lantai. Lakukan ini beberapa kali dalam sehari.
- Pancing si bayi untuk mengangkat kepalanya. Letakkan kaca besar yang tak mudah pecah di hadapannya atau foto dirinya dalam ukuran besar di hadapannya, atau ikut menelungkup di hadapannya.

2. Menggapai dan menggenggam
Kebanyakan balita akan mulai melambai atau memukul benda di usia kisaran 3 bulan, dan reflek yang makin terbentuk.
- Di usia 5-6 bulan, anak Anda seharusnya sudah bisa memerhatikan suatu obyek dan mulai menggapainya.
- Di usia 8-9 bulan, saat bayi sudah belajar menggenggam dengan ibu jari dan jari telunjuk, ia sudah bisa mulai memungut benda-benda kecil, seperti remahan kue, dan barang-barang lain yang berceceran di lantai, seperti kotoran atau debu. Ia akan tergoda untuk mencicipi apa pun yang bisa ia pungut.

Tips melatihnya:
- Pasang tempat tidur gym untuk bayi. Ini akan membantu si anak untuk memukul obyek di atas kepalanya. Untuk keamanan, segera bongkar tempat tidur gym ini ketika si bayi sudah bisa duduk.
- Saat bayi telentang pada lantai, ayunkan obyek di atas kepalanya dengan jarak sekitar 3-8 inci agar ia bisa memukul benda tersebut.
- Untuk membantu bayi 4 bulan Anda menggenggam barang, berikan mainan bunyi-bunyian untuk digenggam. Barang-barang yang membuat bunyi-bunyian saat digoyang-goyangkan, atau memiliki tekstur untuk dikunyah, bisa membantunya berlatih menggenggam.
- Letakkan beberapa mainan dalam daya raihnya. Biarkan ia menggenggam barang-barang saat ia menelungkup di lantai.

3. Berguling
Dalam proses untuk mengkontrol kepalanya, memutar tubuh sendiri adalah sebuah titik penting yang ditunggu para orangtua.
- Di usia 5-6 bulan, bayi Anda akan bisa memutar tubuhnya ke satu arah, antara dari punggung ke perut, atau dari perut ke punggung.
- Kemungkinan, ia belum bisa kembali ke posisi semula setelah berhasil memutar sekali hingga usianya 7 bulanan.

Tips melatihnya:
- Berikan ruang yang cukup luas dan kesempatan untuk berlatih. Lantai adalah lokasi yang tepat untuk melatihnya.
- Puji si bayi, bicara padanya dan ajarkan terus saat ia berlatih memutar tubuhnya.
- Pegang barang yang menarik, seperti permainan bunyi-bunyian atau kaca bayi dekatnya. Ini akan menarik perhatiannya dan menggodanya untuk memutar tubuh untuk melihat.

4. Duduk
Saat bayi sudah bisa berguling, kemampuan untuk duduk adalah langkah berikutnya. Bayi memiliki cara pandang yang berbeda saat ia belajar duduk. Jadi, ini juga akan menjadi sebuah pengalaman baru untuk orangtua.
- Saat usianya sekitar 4 bulanan, bayi sudah bisa duduk ketika dibantu.
- Di usia 6 bulanan, bayi Anda kemungkinan sudah bisa duduk di bangku tinggi, dan kadang, beberapa bayi sudah bisa duduk sendiri sebelum ia berusia 1 tahun.

Tips melatihnya:
- Pangku si bayi sambil menghadap ke luar. Perut dan kaki Anda bisa menjadi sandarannya.
- Biarkan bayi duduk disanggah bantal berbentuk U.

5. Merangkak dan berjalan
Antara usia 8-13 bulan, bayi Anda akan mencapai sebuah proses belajar berjalan tersendat-sendat. Para orangtua seringkali melihat proses merangkak dan berjalan sebagai puncak pembelajaran anak. Namun perlu diingat, bahwa perkembangan setiap anak itu berbeda-beda. Konsultasikan dengan dokter anak jika Anda merasa si kecil belum bisa berjalan dengan baik pada usia yang seharusnya ia sudah bisa berjalan. Pola anak berjalan umumnya adalah:
- Pertama, ia akan belajar mengangkat tubuhnya dengan cara merangkak. Bertumpu pada tangan dan lututnya.
- Kemudian, ia akan mengayun tubuhnya ke depan dan ke belakang.
- Ia akan berusaha dalam beragam cara untuk bergerak, menggeliat, mendorong tubuh saat terduduk, bahkan bergerak seperti berenang di lantai.
- Setelah beberapa bulan, Anda akan melihat ia akan mulai belajar merangkak dengan benar.
- Tak semua bayi merangkak dengan cara yang sama. Faktanya, banyak pula anak yang tidak merangkak dan minta digenggam orangtua saat berjalan. Ada pula yang melakukan gaya jalan seperti beruang, dan banyak gaya lainnya. Apa pun gaya yang dipilih anak Anda, tahapan ini memberikannya kebebasan dan kesempatan untuk mengeksplorasi.

Tips melatihnya:
- Main "petak umpet". Ini menjadi permainan menyenangkan untuk bayi yang sedang belajar bergerak. Dekati si bayi sambil berkata, "Mama akan tangkap kamu..." Lalu merangkak menjauh, agar ia kembali mengejar. Cobalah bersembunyi di balik furnitur untuk "mencari" Anda.
- Ciptakan alur penuh rintangan. Isilah ruang mainnya di lantai dengan barang-barang yang bisa ia gunakan untuk merangkak naik, atau mengolong, namun pastikan keadaan aman untuknya.

*Sumber : kompas.com

Minggu, 21 November 2010

8 Kebutuhan Utama si Kecil Selain Makanan


Kebutuhan si kecil tidak hanya masalah makanan walaupun ini memang yang terpenting. Dari hasil penelitian ada 8 kebutuhan utama lain yang diinginkan oleh bayi dalam masa pertumbuhannya.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh bayi dalam masa pertumbuhannya adalah cinta, perhatian dan perawatan dasarnya.

Seperti dikutip dari Babycenter, Senin (22/11/2010) ada 8 langkah sederhana yang bisa dilakukan untuk membantu pertumbuhan si kecil, yaitu:

1. Tunjukkan cinta Anda
Anak-anak membutuhkan cinta, karenanya kepedulian dan dukungan emosional dari orangtua bisa memberikan anak rasa aman untuk menjelajahi dunia ini.

Sebuah bukti ilmiah menunjukkan bahwa cinta, perhatian dan kasih sayang pada tahun-tahun pertama kehidupan si kecil bisa berdampak langsung terhadap pertumbuhan fisik, mental dan emosional anak.

Marian Diamond, seorang ahli saraf dari University of California menuturkan cinta dan sentuhan bisa membuat otak anak tumbuh. Caranya bisa dengan memberikan pelukan, sentuhan, ciuman, senyum, mendengarkan dan bermain dengan si kecil kapan pun, sehingga membantu membangun kepercayaan dan ikatan emosional yang kuat.

2. Memberikan perawatan kebutuhan dasar anak
Kebutuhan dasar ini mencakup pemeriksaan kesehatan secara teratur, memberikan imunisasi sesuai waktunya, memberikan waktu tidur yang cukup (karena tidur yang baik dapat mambentuk sel-sel otak bayi membuat koneksi yang penting), serta memberikan ASI untuk buah hati.

ASI akan memberikan semua kebutuhkan nutrisi si kecil dan mencegah berbagai masalah kesehatan serta meningkatkan kecerdasan anak.

3. Berbicaralah dengan anak
Studi menunjukkan anak-anak yang sering diajak berbicara oleh orangtuanya akan memiliki IQ yang secara signifikan lebih tinggi dan kosakata yang lebih kaya karena mendapatkan banyak rangsangan verbal.

Nantinya anak akan mengembangkan keterampilan berbahasa yang baik, untuk itu berbicaralah dengan bahasa yang benar dan baik pada anak.

4. Mengajak anak membaca

Membaca dengan suara keras pada anak bisa membantu mengembangkan kosakata, merangsang imajinasi dan meningkatkan keterampilan membacanya. Bayi yang baru lahir akan sangat menikmati saat mendengarkan sebuah cerita, dan juga dapat menguatkan ikatan emosional.

5. Menstimulasi semua inderanya

Studi menunjukkan anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang mana melibatkan inderanya, memiliki otak yang lebih besar dan lebih aktif.

Berikan anak mainan berbagai bentuk tekstur, warna, suara dan sentuhan. Tapi sebaiknya tidak membombardir anak terus menerus, cobalah memberikan secara bertahap hingga anak mengerti.

Selain itu berikan anak lagu dan musik favoritnya serta ruang yang aman untuk anak mengembangkan otot-ototnya, keseimbangan dan koordinasi. Jauhkan benda-benda berbahaya dari jangkauan bayi, serta tidak terlalu sering melarang anak.

6. Mendorong anak terhadap tantangan baru
Misalnya ketika anak sulit membuka sebuah kotak, maka biarkan ia mencobanya terlebih dahulu. Jika ia terus berjuang dan tidak berhasil, tunjukkan caranya. Lalu tutuplah kembali kotak tersebut dan biarkan anak mencobanya lagi sendiri.

7. Orangtua perlu menjaga dirinya sendiri
Orangtua yang mengalami depresi atau sedang marah cenderung sering tidak mampu merespons dengan cepat dan sensitif terhadap kebutuhan anak.

Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Child Development and Psychopathology menemukan anak dengan ibu yang depresi kronis memiliki pola abnormal dalam aktivitas otaknya dan ikut depresi juga.

Jika merasa lelah, mintalah bantuan suami, keluarga atau dukungan dari orang-orang sekitar. Serta jangan lupa untuk meluangkan waktu bagi Anda sendiri agar bisa mengembalikan energi.

8. Carilah pengasuh yang baik
Jika orangtua bekerja dan tidak mampu merawat bayinya di siang hari, carilah pengasuh yang baik, berkualitas dan mengerti tentang perkembangan bayi yang sehat. Memilih keluarga atau orang terdekat bisa menjadi pilihan pertama sebelum menggunakan jasa pengasuh (babysitter).

*Sumber : detikhealth.com

Kamis, 18 November 2010

Mendandani Bayi, Jangan Asal Terlihat Lucu


Orang tua mana yang tak ingin melihat bayinya tampil menarik? Tetapi jangan asal keren lantas Anda melupakan faktor kemanan dan kenyamanan saat mendandani si kecil.

"Enak, ya, punya anak perempuan, bisa didandani macem-macem." Begitu, kan, komentar yang sering dilontarkan para ibu kepada ibu lain yang punya anak perempuan. Kita sendiri pun akan berpendapat demikian. Bukankah para ibu yang lebih suka berdandan? Apalagi, model busana anak perempuan pun beraneka ragam, tak seperti model busana anak lelaki. Belum lagi aksesorinya.

Padahal, yang namanya bayi, biar enggak didandani juga akan tetap menarik perhatian orang yang melihatnya. Baik bayi perempuan maupun bayi lelaki, mempunyai daya tarik tersendiri dibanding anak usia selanjutnya. Tentu boleh-boleh saja bila Anda ingin mendandani bayi Anda. Namun jangan sampai Anda melupakan faktor keamanan dan kenyamanannya.

Aman
Busana yang aman tentulah yang tak membahayakan bayi. Dalam kaitan ini, yang pertama harus Anda perhatikan adalah bahan busana. "Bahan yang mudah terbakar seperti nilon, sebaiknya dihindari," anjur dr Rini Sekartini, SpAK.

Yang kedua, aksesori. "Biasanya, busana untuk bayi perempuan banyak aksesorinya," lanjut dokter spesialis anak pada Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSUPN Cipto Mangunkusumo ini. Misalnya, dihiasi dengan pernik-pernik kecil. Hati-hati, lo, aksesori tersebut bisa tertelan oleh si kecil.

Terakhir, warnanya jangan luntur. Jangan lupa, bayi pada umumnya sangat aktif bergerak ke sana ke mari sehingga sering berkeringat. "Nah, jika warna busananya luntur, bisa-bisa menempel di tubuh si bayi." Dampaknya akan lebih buruk lagi bila terkena pada bayi yang alergi karena akan timbul reaksinya. "Mungkin yang paling aman adalah gambar pada busana daripada warna busananya."

Nyaman
Faktor kenyamanan pada busana dilihat dari sirkulasi udaranya yang baik. "Bagian ketiak sebaiknya jangan terlalu ketat dan jangan pula terlalu longgar agar bayi jadi tak sering berkeringat," tutur Rini. Dari segi model pilihlah yang membuat bayi bisa leluasa bergerak. Jadi, bukan lantaran modis-tidaknya busana tersebut. Misalnya, rok span, "Hanya enak untuk dilihat namun akan menghambat gerak bayi."

Ingat, pada masa bayi yang utama adalah perkembangan motoriknya. Jadi, kalau busananya menghambat, tentu juga akan mempengaruhi geraknya, yang berarti pula menghambat perkembangan motoriknya. Celana merupakan alternatif pilihan busana yang tepat karena tak menghambat gerak. Namun jangan lupa perhatikan karet celananya, Bu. "Bila karet celananya keras, bisa berbekas di tubuh bayi sehingga dapat meninggalkan tanda hitam. Terlebih lagi jika bayinya gendut."

Yang tak kalah penting, bahan busananya. Beberapa bayi, terang Rini, sensitif terhadap suatu bahan, biasanya bahan berbulu. Apalagi pada bayi yang di dalam keluarganya ada riwayat alergi. Nah, bahan busana yang paling aman adalah katun. Jikapun tak ada katun, bisa menggunakan bahan kaos yang menyerap keringat. "Jangan pilih bahan kaos yang licin karena terlalu banyak bahan sintetisnya sehingga tak dapat menyerap keringat dengan baik," sarannya.

Kancing depan
Untuk bayi baru lahir, tutur Rini, baju yang memiliki kancing di muka sangat praktis. "Ini berkaitan dengan kepala bayi yang masih lemah." Lain hal setelah bayi usia 3 bulan ke atas, bisa dipakaikan baju model kaos karena kepalanya sudah semakin kuat, sehingga baju bisa melalui kepala.

Baju kodok bisa menjadi pilihan karena praktis. Hanya dengan mengenakan satu baju, bayi dapat langsung memakai celana. Tetapi jangan lupa, ingat Rini, pilih yang bukaan di depan. "Jadi, mengenakannya seperti mengenakan baju biasa ke bayi. Karena kalau pemakaiannya lama, bayi juga akan gelisah duluan sehingga menangis." Anda pun tentunya juga jadi senewen karena bajunya enggak masuk-masuk.

Mudah diganti
Bila Anda ingin mengajak si kecil bepergian, saran Rini, sebaiknya pilih busana yang mudah diganti. Soalnya, saat bepergian kemungkinan terjadi bayi buang air kecil atau besar, dan bahkan muntah. "Jadi, bila model busananya rumit, menggantinya pun akan susah."

Faktor usia saat bayi diajak bepergian pun tak boleh dilupakan. Ketika usia bayi baru 2 minggu, misalnya, biasanya bayi baru bepergian ke dokter untuk kontrol. Nah, agar nyaman, pakaikan popok atau bila pusarnya sudah puput bisa dipakaikan celana. Model baju yang memiliki kancing di muka akan memudahkan pemeriksaan. Setelah baju, biasanya bayi akan dilapisi dengan bedong, baru dimasukkan ke dalam selimut besar.

"Selimut yang memiliki topi untuk menutupi kepala bayi bisa juga menjadi pertimbangan karena sekaligus bisa melindungi kepala bayi," kata Rini. Bayi yang sudah lebih besar biasanya akan mulai diajak bepergian ke berbagai macam tempat. Nah, sesuaikan busana bayi dengan kondisi tempat tujuan.

"Bila ingin diajak ke tempat dingin, baju yang dianjurkan tentunya yang dapat mencegah bayi kedinginan. Misalnya, busana lengan panjang dan celana panjang." Baju hangat juga bisa digunakan; pilih yang terbuat dari rajutan benang untuk mencegah alergi. Bila bepergian ke tempat berudara panas, misalnya, pantai, Rini menganjurkan agar bayi dipakaikan setelan celana pendek dan kaos.

"Kalau mau menggunakan busana tanpa lengan, kita lihat dulu kondisi bayi, apakah dia sering batuk pilek atau tidak," katanya.

Jadi, bila si kecil kondisinya kurang bagus, sebaiknya hindari busana yang terlalu terbuka. "Pakaikan baju yang tertutup namun berbahan tipis karena dia tak tahan dingin dan tak tahan angin. Apalagi di pantai, kan, banyak angin." Sementara baju model tanpa lengan bisa dipakai untuk jalan-jalan ke mal.

*Sumber : kompas.com