Kamis, 21 Oktober 2010

Balita si 1 Tahun: Terlambat Bicara, Tak Perlu Khawatir


Baca artikel dibawah ini, saya jadi tidak khawatir lagi. Karena anak saya, Jonathan belum juga bicara di usia 17bulan.

Setiap anak itu unik, ada yang mahir berjalan dulu, baru belajar bicara. Ada juga yang sebaliknya. Tapi tak jarang ada yang berkembang berbarengan. Justru karena setiap anak unik, dan memperlihatkan ciri yang berbeda, Anda harus cermat dan waspada.

Seperti spons. Di tahun pertamanya, si kecil menyerap semua bunyi bahasa yang didengarnya dari sekitar. Layaknya spons, selama masa bayi hingga tahun kedua, anak-anak dengan cepat menangkap dan bahkan ada yang langsung “mempraktikkan” hasil belajarnya dengan meniru memproduksi bunyi bahasa yang sama.

Namun, tidak semua anak segera memproduksi kata-kata pertama di akhir masa bayi. Bahkan tak semua anak aktif melatih ketrampilan bicara sampai 13 – 14 bulan. Jadi, ada yang mengalami masa praverbal hingga tahun ke dua. Yaitu, masa di mana si kecil menggunakan bahasa lain, selain tutur, untuk berkomunikasi, seperti mimik wajah, bahasa tubuh, atau kerlingan mata.

Sejauh si kecil memberi respons terhadap bahasa verbal Anda, dengan bahasa apa pun meskipun bukan bahasa verbal, hingga akhir tahun kedua atau menjelang usia 2 tahun, Anda tak perlu khawatir. Tapi Anda perlu mencatat dan bahkan berkonsultasi dengan ahli, apabila si kecil tak juga merespons kata-kata Anda meskipun sebatasa anggukan kepala.
Apalagi tanpa kontak mata, jauh sebelum usia 2 tahun seharusnya Anda telah mengenali gejala yang tak biasa ini dan bertanya pada dokter dan psikolog anak.

Corat-coret dan bercerita. Pada anak-anak yang normal dan baru meluncurkan kata-kata pertama di usia 15 bulan, orang tua perlu proaktif memberi si kecil dorongan dan rangsang. Kegiatan literasi awal, seperti membolak-balik halaman buku, corat-coret dengan krayon, atau kegiatan bercerita bisa menjadi langkah pertama yang mudah dilakukan dan tentu menyenangkan. Yang juga penting: beri ia motivasi dan pujilah secara verbal. Jika Anda ingin si kecil pandai bicara, tentu Anda harus jadi modelnya.

Kini bahkan tersedia buku-buku cerita dengan tokoh favorit, seperti
Dora The Explorer, Elmo, Nemo atau Bob The Builder yang memiliki tombol-tombol dan mengeluarkan suara. Bisa jadi, melihat tokoh favoritnya “berbicara” langsung kepadanya ketika ia menekan tombol, ia jadi terdorong untuk merespons secara verbal juga. Perdengarkan juga lagu-lagu anak Indonesia yang menarik dan memberinya wawasan berbahasa yang cukup .

Hal penting yang juga penting Anda lakukan adalah senantiasa berkomunikasi dengannya dengan menatap mata. Kontak mata ini penting untuk memberi si kecil rasa dihargai, merasa aman dan membantu Anda “mendeteksi” kalau-kalau ada yang tidak beres.

Selain
speech delay (terlambat bicara) yang murni karena masalah pada alat bicara, Anda perlu waspadai spektrum autism dan sindroma Asperger yang ditandai dengan penolakan kontak mata. Sudah begini, Anda tak perlu tunggu lagi, berkonsultasilah. Jika ditangani secara tepat sejak dini, tak tertutup kemungkinan si kecil bisa ”mengejar” ketertinggalan dalam perkembangan bahasa dan bicara.

*Sumber : ayahbunda.co.id

Tips Memandikan Bayi


Bagi ibu baru, awalnya mungkin takut memandikanbayi. Namun Anda tidak perlu takut bayi tidak suka mandi, karena selama sembilan bulan di kandungan, ia berenang dalam air ketuban.

Mantapkan hati ketika memandikan bayi. Pegang erat tubuhnya, dan mandikan dia dengan lembut. Berikut langkah-langkah, agar acara memandikan bayi tetap aman dan nyaman bagi bayi:

  • Perlengkapan 'perang'. Siapkan bak mandi, letakkan perlengkapan mandi, seperti sampo, sabun, handuk, di pinggir bak atau di tempat yang mudah dijangkau.
  • Air hangat. Isi bak dengan air hangat bersuhu 29-30 derajat celcius (ukur dengan alat pengukur suhu khusus untuk mandi bayi). Pasang pula baby support, atau penyangga tubuh bayi, di bak mandi untuk memperkecil risiko bayi tergelincir dari tangan Anda.
  • Seka dan sabuni. Seka wajahnya dengan waslap basah, tuang sabun cair two in one, lalu sabuni tubuh bayi mulai dari rambut, leher, badan, tangan dan kaki, serta lipatan-lipatan tubuhnya. Angkat sedikit badan bayi, kemudian sabuni punggungnya.
  • Bilas sampai bersih. Setelah itu, keringkan badan bayi dengan benar, termasuk tali pusatnya. Dandani bayi seperti biasa.

Agar acara mandi bayi makin menyenangkan, ajak bayi 'ngobrol' sambil bernyanyi. Pasti bayi akan semakin senang ritual mandinya.

*Sumber : ayahbunda.co.id

Senin, 18 Oktober 2010

Emergency Guide: UGD


Berikut beberapa tips dari para ahli agar Anda tetap tenang, dapat mengambil keputusan, dan mendapatkan perawatan terbaik saat timbul gejala-gejala yang mengharuskan Anda membawa si kecil ke Unit Gawat Darurat (UGD).


Demam tinggi

Tanda bahaya: Segera bawa anak Anda ke UGD jika ia mengalami demam dan suhu tubuhnya di atas 38°C disertai leher yang kaku, sakit kepala yang amat sangat, muntah dan lemas, karena kondisi ini bisa mengarah pada gejala meningitis. Jika bayi Anda berusia di bawah 6 bulan dan suhu tubuhnya mencapai 39°C atau lebih, segera bawa ke rumah sakit. Hubungi dokter anak jika bayi berusia di bawah 3 bulan mengalami demam dengan suhu tubuh antara 37.8°C - 39°C, atau jika usia bayi lebih dari 6 bulan dan mengalami demam dengan suhu 39°C atau lebih. Anda juga harus segera menghubungi dokter jika anak berusia di bawah 2 tahun mengalami demam hingga lebih dari 24 jam. Begitu pula jika anak berusia di atas 2 tahun dan demamnya bertahan lebih dari 3 hari. Pertolongan pertama: Beri obat penurun panas yang mengandung asetaminofen atau ibuprofen dan beri banyak minum seperti air atau jus buah untuk mencegah dehidrasi. Pakaikan baju yang longar dan tipis agar ia tidak kepanasan. Di rumah sakit: Akan dilakukan pemeriksaan fisik dan mungkin pemeriksaan dengan X-ray pada bagian dada, serta tes urin dan tes darah untuk memeriksa kemungkinan infeksi. Jika dokter mencurigai gejala meningitis, akan dilakukan pemeriksaan khusus spinal tap.

Luka tersayat atau robek
Tanda bahaya: Bagian yang tersayat terus menerus mengeluarkan darah setelah ditekan lebih dari lima menit, terlihat dalam dan menganga, bagian yang luka berada di dekat mata atau pada persendian. Luka menganga pada kulit akibat benda tajam atau gigitan binatang harus selalu diperiksakan ke dokter anak. Si kecil mungkin harus disuntik tetanus. Pertolongan pertama: Guyurkan air pada bagian yang terluka untuk menghilangkan debu dan kotoran yang melekat. Jangan menggosok bagian yang terluka, sebab partikel kotoran bisa semakin masuk ke dalam kulit. Tutup luka dengan kain lembut yang bersih dan tekan perlahan selama beberapa menit untuk menghentikan darah. Lalu lindungi dengan perban yang bersih atau kain kasa. Di rumah sakit: Dokter akan memberikan anestesi lokal pada bagian yang terluka agar dapat dibersihkan dan diberi obat antiseptik. Mungkin dokter akan menjahit luka tersebut atau menutupnya dengan perban.

Sakit perut, muntah, dan diare
Tanda bahaya: Sakit perut yang akut, terutama di perut bagian bawah; muntah yang berwarna hijau atau kekuningan; dehidrasi (termasuk bibir pecah-pecah, mata cekung, pembuluh air mata bengkak, dan susah buang air kecil); ada darah di air seni atau saat buang air besar. Ini bisa jadi gejala usus buntu; keracunan obat/makanan/bahan kimia; masalah pencernaan; atau gejala penyakit serius lainnya. Pertolongan pertama: Untuk mencegah dehidrasi, berikan satu atau dua sendok makan oralit setiap beberapa menit sekali. Jika anak juga mengalami diare, jangan diberi minuman soda atau jus apel karena rasa sakitnya bisa semakin parah. Di rumah sakit: Anak Anda akan menjalani pemeriksaan fisik dan, jika perlu, diberi cairan infus. Dokter mungkin akan menyarankan tes darah dan tes susulan untuk memeriksa kemungkinan usus buntu. Dokter juga akan memberikan obat untuk mengurangi muntah dan diare.

Serangan asma
Tanda bahaya: Anak terlihat sulit bernapas, napasnya berbunyi atau batuk-batuk, susah berbicara, terlihat pucat dan berkeringat. Jika sepuluh menit setelah diberi inhaler kondisinya tidak membaik atau justru semakin parah, segera bawa ke UGD.
Pertolongan pertama: Usahakan agar anak tetap tenang dan atur posisinya agar ia duduk tegak. Berikan seteguk air hangat untuk membantu mengeluarkan dahak. Bawa inhaler-nya dalam perjalanan menuju ke rumah sakit. Hubungi 112 untuk bantuan jika si kecil tidak bisa bernapas; detak jantungnya menjadi sangat cepat (berdebar-debar) atau bibir serta kuku-kukunya membiru; terlihat linglung dan lemah; atau hilang kesadaran. Di rumah sakit: Dokter akan mengukur kadar oksigen di tubuh anak, melakukan rontgen dada, memeriksa kerongkongan dan tes darah. Dokter juga mungkin akan memberi infus dan pengobatan untuk melegakan pernafasan. Jika terjadi serangan asma yang cukup hebat, ada kemungkinan harus diopname.

Retak atau patah tulang
Tanda bahaya: Anak terlihat sangat kesakitan; lengan atau kaki yang terluka terlihat bengkak, membiru atau bengkok; dan anak tidak mau menggerakkan atau menaruh beban pada kaki atau lengannya. Pertolongan pertama: Kompres dengan es batu pada area yang sakit dan posisikan bagian tubuhnya yang sakit itu lebih tinggi dari jantungnya. Lindungi bagian yang terluka atau sakit dengan sepotong karton atau gulungan majalah yang direkatkan dengan selotip. Jangan mencoba meluruskan sendiri tungkai atau lengan yang retak atau patah tersebut. Jangan berikan anak minuman atau makanan karena mungkin saat dirawat di rumah sakit ia harus dibius total. Di rumah sakit: Dokter akan memeriksa bagian tubuh yang sakit dan mungkin serangkaian pemeriksaan lebih lanjut. Bagian yang terluka akan dibalut atau digips. Jika lukanya parah, si kecil mungkin perlu dioperasi.

sumber : parentsindonesia.com

Senin, 11 Oktober 2010

Ajaklah Bayi Keluar Rumah Sesekali


Adaptasi memang diperlukan oleh bayi kecil dalam kehidupan sebuah keluarga. Namun, si kecil yang baru hadir ini pun perlu diajari mengenai bersosialisasi. Tempat pertamanya adalah dalam keluarga. Setahun pertamanya adalah tantangan yang cukup berat baginya untuk mengenal banyak hal dalam waktu singkat. Ada baiknya untuk mengajak bayi berkenalan dengan dunia luar dan orang-orang lain. Ini akan memungkinkannya berkomunikasi dan berinteraksi sejak usia dini.

Menurut dr Suririnah, pengarang Buku Pintar Merawat Bayi 0-12 Bulan, bayi sangat tertarik memerhatikan bayi lain dan suatu ketika dapat berinteraksi dengan bayi lain dengan cara menyentuh atau memukul mereka. Bayi bisa diperkenalkan dengan dunia lain dengan banyak cara. Berikut adalah beberapa pertimbangan untuk mengajak bayi bersosialisasi yang disarankan oleh dr Suririnah:

* Perkenalkan bayi dengan lingkungan sosial sebanyak mungkin. Membawa bayi ke luar bisa membantu Anda dan bayi memperoleh pergantian lingkungan dan variasi kegiatan sehari-hari. Bayi akan menikmati bepergian keluar bersama Anda. Ia jadi bisa menikmati stimulus/rangsangan dari wajah-wajah, suara, dan lingkungan baru yang akan ditemuinya dalam perjalanan.

* Cobalah bergabung dengan perkumpulan ibu-ibu dan bayi mereka. Makin banyak lingkungan sosial yang bisa diperkenalkan kepada bayi, makin baik, karena dunianya akan makin luas.

* Ajak bayi ke kelompok bermain atau ke kolam renang umum. Hal ini memberinya kesempatan untuk berada di kelompok besar. Bayi akan belajar bahwa senyum yang biasa ia lakukan di rumah ternyata akan mendapat respon yang sama ketika di luar rumah. Ia pun belajar bahwa dia memiliki pengaruh positif bagi lingkungan sekitarnya.

Dr Suririnah mengingatkan agar menjauhkan bayi dari bayi lainnya jika ia sedang merasa kesal, gelisah, atau ada yang sedang sakit. Bayi mudah terkena infeksi, batasi kontak bayi dengan penyakit. Disarankan pula untuk mengajak anak duduk di meja makan saat makan keluarga meski si bayi belum belajar makan makanan padat. Ia akan mendapat kesempatan untuk melihat interaksi di sekelilingnya.

*Sumber : Kompas.com