Rabu, 08 Desember 2010

Tips Bicara dengan Bayi


* Gunakan kata-kata yang positif dan menyenangkan. Bayi bisa membedakan tone pada suara Anda, apakah itu berisi kata-kata positif ataupun negatif. Bicaralah dengan nada yang perlahan dengan menghadapkan wajah Anda ke wajahnya guna mengalihkan hal-hal lain yang bisa membuyarkan konsentrasi.

* Gunakan pula suara-suara yang biasa digunakan ibu-ibu saat bicara dengan bayinya. Ini merupakan bahasa universal. Namun, perhatikan intonasi dan cara bicara Anda, jangan menggunakan kata-kata yang disingkat-singkat atau pelafalan yang seakan dibuat cadel. Ia akan berusaha mengikuti Anda, ia akan bingung saat mendengar kata aslinya.

* Coba bicara dengannya mengenai hal-hal kecil dan keseharian. Misal, "Mama lagi mau pasangkan popok untuk Adik, nih", atau "Adik sudah pintar tepuk tangan, ya?" saat Anda melihat ia menepuk tangan.

* Saat si bayi bertumbuh besar, bicarakan tentang banyak hal kepadanya, "Adik mau pakai celana, nih", atau "Hari ini dingin sekali, ya?"

* Memberi nama pada obyek. Terdengar konyol, tetapi hal ini bisa merangsang komunikasi dengan anak. Anda bisa menamakan benda-benda favoritnya dan masukkan nama tersebut dalam perbincangan Anda. Saat si kecil mulai menunjuk barang-barang kesukaannya, beri tahu apa nama barang tersebut. Misal, saat ia menunjuk bonekanya, Anda bisa bilang, "Iya, Adik minta boneka Teddy-nya?" atau saat ia menunjuk tempat minumnya, katakan, "Adik mau tempat minumnya, ya?" Dengan begini, si kecil akan belajar banyak di tahun pertamanya, terutama mengenai benda-benda dan aktivitas. Ia mungkin akan mulai mengerti kata kerja atau aktivitas pula, seperti "Da-da" atau "Ambil".

* Dorong usaha si kecil agar ia mencoba mengutarakan sesuatu. Hindari keinginan untuk tertawa saat ia melakukan kesalahan karena itu bisa membuatnya enggan berusaha lagi. Ajak si bayi untuk mengutarakan sesuatu.

* Membaca bersama juga merupakan upaya yang bisa Anda lakukan. Mulailah dengan membacakan buku-buku bergambar bersama si bayi. Ini adalah sebuah aktivitas yang amat berharga untuknya memperkaya diksi dalam khazanah berkomunikasinya.

* Di usia 8-12 bulan pertama, bayi akan mulai mencoba bersuara dan mengatakan kata-kata simpel, seperti "Da-da" atau "Mama". Cobalah untuk mulai berbicara langsung padanya, ini amat penting untuk perkembangan ucapannya. Berikan pujian untuk setiap perkembangan yang ia lakukan, bahkan bila si bayi sebenarnya tidak mengerti arti dari kata itu sendiri.

*Sumber : kompas.com

Periksa Kesehatan Anak Lewat "Hasil Buangan"-nya


Status kesehatan anak ternyata bisa juga diketahui dari "produk buangan" atau fesesnya. Hal ini disampaikan oleh dr Rini Sekartini, Sp.AK. Dengan mengamati "produk hasil buangan" ini, kita dapat mendeteksi kalau ada masalah pada saluran cerna dan saluran kemih anka.

Sebagai contoh, urin berwarna kurang jernih menunjukkan kondisi tubuh sehat, tidak kurang cairan. Tetapi jika warnanya kuning tua atau keruh, jumlahnya berkurang atau bertambah, maka bisa jadi pertanda ada gangguan kesehatan yang dialami anak. Demikian pula halnya dengan buang air besar.

Lara Zibners, M.D., dokter spesialis anak sekaligus penulis buku If Your Kid Eats This Book, Everything Will Still Be Okay, menguraikan beberapa tanda di balik warna-warna pada tinja anak sebagai berikut:

* Merah, disertai sedikit lendir menandakan ada infeksi atau alergi. Warna merah juga bisa disebabkan karena mengkonsumsi saripati jus buah berwarna merah atau antibiotik. Sebaiknya konsultasikan hal ini lebih lanjut ke dokter anak.

* Cokelat. Biasa terjadi pada bayi yang mengkonsumsi susu formula. Menurut Zibner, selama kotorannya masih bertekstur lembut dan intensitas buang air masih normal, maka kesehatan anak masih normal.

* Kuning, disertai dengan tekstur yang agak encer. Umum terjadi pada bayi yang mengkonsumsi air susu ibu. Bahkan, terkadang warnanya agak kuning kehijauan.

* Biru atau Ungu. Pastikan dulu apa yang anak makan seharian sehingga bisa menyebabkan warna kotorannya biru atau ungu. Jika perut anak terasa sakit, tanya secara detail mengenai sakitnya.

* Hijau. Biasanya terjadi pada bayi yang baru lahir. Kotoran bayi baru lahir disebut mekonium.

* Hitam. Tinja berwarna hitam bisa dikarenakan mengkonsumsi biskuit berwarna hitam, blueberry, beras merah, atau suplemen zat besi. Sebaiknya konsultasikan ke dokter lebih lanjut.

*Sumber : kompas.com

Senin, 29 November 2010

Tips Hadapi Balita Aktif dan Tak Mau Diam


Menurut Dr. Marilyn Heins, MD, dokter anak dan penulis buku “Parent Tips” dari Amerika Serikat, perilaku aktif anak-anak 2-3 tahun yang tak mau diam ini, normal. Rentang perhatian anak usia ini pendek. Namun bila ia menjadi terlalu aktif, bisa jadi karena pola asuh orangtua yang berlebihan memberikan perhatian dan stimulasi.

Di lain pihak, ibu dan ayah jarang membiarkan balita mengerjakan sesuatu dan memecahkan masalah sendiri. Menurut Heins, orangtua jenis ini termasuk tipeoverparenting. Apa yang perlu orangtua lakukan?
  1. Lakukan kegiatan yang seru setiap hari bersamanya dan pikirkan kegiatan kreatif. Jangan-jangan balita tidak mau diam karena ia bosan dengan kegiatan yang itu-itu saja. Ajak anak berlari di halaman, menari, mengikuti tingkah tokoh Tiger di televisi yang senang melompat-lompat.
  2. Izinkan balita membantu pekerjaan rumah tangga. Tidak apa-apa bila ia merebut sapu si Mbak, menyapu lantai atau sibuk mengelap meja bisa membuatnya tenang.
  3. Perhatikan mainan yang dapat membuat anak duduk tenang dan fokus. Apakah ia senang memakaikan baju boneka, menyisir rambut boneka dan sebagainya.
  4. Melihat balita tampak sangat aktif, Anda bisa mengatakan, “Sayang..., coba diam sebentar Nak.”
  5. Jika anak memang tak mau diam, biarkan saja. Yang penting awasi dia agar tidak menyentuh barang-barang berbahaya, misal barang pecah belah, stop kontak dan lain lain.
  6. Waktu Main, Waktu Istirahat. Kenalkan balita kegiatan menyalurkan energi dan waktu untuk beristirahat. Jenuh bermain di dalam rumah, lakukan kegiatan outdoor: bersepeda, main ayunan, perosotan dan sepak bola. Saat bermain tetap memperhatikan aturan keamanan.
  7. Temukan kegiatan yang anak sukai dan bisa membuatnya lelah.
  • Balita suka memanjat kursi, biarkan ia naik-turun kursi dengan pengawasan Anda dan pastikan kursinya kuat dinaiki anak.
  • Ajak anak berenang, ke playground atau main bola sekali seminggu.
  • Menyediakan sarana bermain outdoor seperti kolam renang plastik, kotak berisi pasir, mainan yang bisa ditumpuk seperti balok-balok bola dan sebagainya.
  • Jika anak suka anak anjing, beri dia anjing yang energik seperti Golden

*sumber : ayahbunda.co.id

Kamis, 25 November 2010

5 Langkah Latih Motorik Halus Bayi


Perkembangan kemampuan motorik anak dalam setahun pertama usianya memang sangat pesat dan terkesan tidak beraturan, namun sebenarnya hal ini terjadi berurutan. Perkembangan biasanya dimulai dari kepala hingga kaki. Bagian kepala dan lengan berkembang lebih dulu ketimbang kaki. Ada pula bayi yang bisa mengkontrol bagian tengah tubuhnya terlebih dulu baru ia bisa menggerakkan jari tangan dan kakinya sesuai perintah.

Berikut adalah beberapa titik penting perkembangan motorik anak dari kepala hingga jari kaki, serta saran untuk membantu perkembangan bayi:

1. Kendali kepala
Salah satu hal yang penting untuk diketahui orangtua baru adalah cara menyangga kepala bayi, karena bayi belum bisa menyangga kepalanya sendiri hingga usianya 3 bulan.
* Saat otot lehernya sudah menguat, ia akan bisa melakukan semacam push up kecil, dengan mengangkat kepala dan dadanya menjauh dari lantai atau kasur.
* Di usia sekitar 7 bulanan, si bayi akan sudah memiliki kontrol penuh terhadap lehernya, serta sudah bisa menjaga stabil dalam waktu cukup lama sambil duduk di pangkuan atau diangkat.

Tips melatihnya:
- Letakkan bayi sambil menelungkup di lantai. Lakukan ini beberapa kali dalam sehari.
- Pancing si bayi untuk mengangkat kepalanya. Letakkan kaca besar yang tak mudah pecah di hadapannya atau foto dirinya dalam ukuran besar di hadapannya, atau ikut menelungkup di hadapannya.

2. Menggapai dan menggenggam
Kebanyakan balita akan mulai melambai atau memukul benda di usia kisaran 3 bulan, dan reflek yang makin terbentuk.
- Di usia 5-6 bulan, anak Anda seharusnya sudah bisa memerhatikan suatu obyek dan mulai menggapainya.
- Di usia 8-9 bulan, saat bayi sudah belajar menggenggam dengan ibu jari dan jari telunjuk, ia sudah bisa mulai memungut benda-benda kecil, seperti remahan kue, dan barang-barang lain yang berceceran di lantai, seperti kotoran atau debu. Ia akan tergoda untuk mencicipi apa pun yang bisa ia pungut.

Tips melatihnya:
- Pasang tempat tidur gym untuk bayi. Ini akan membantu si anak untuk memukul obyek di atas kepalanya. Untuk keamanan, segera bongkar tempat tidur gym ini ketika si bayi sudah bisa duduk.
- Saat bayi telentang pada lantai, ayunkan obyek di atas kepalanya dengan jarak sekitar 3-8 inci agar ia bisa memukul benda tersebut.
- Untuk membantu bayi 4 bulan Anda menggenggam barang, berikan mainan bunyi-bunyian untuk digenggam. Barang-barang yang membuat bunyi-bunyian saat digoyang-goyangkan, atau memiliki tekstur untuk dikunyah, bisa membantunya berlatih menggenggam.
- Letakkan beberapa mainan dalam daya raihnya. Biarkan ia menggenggam barang-barang saat ia menelungkup di lantai.

3. Berguling
Dalam proses untuk mengkontrol kepalanya, memutar tubuh sendiri adalah sebuah titik penting yang ditunggu para orangtua.
- Di usia 5-6 bulan, bayi Anda akan bisa memutar tubuhnya ke satu arah, antara dari punggung ke perut, atau dari perut ke punggung.
- Kemungkinan, ia belum bisa kembali ke posisi semula setelah berhasil memutar sekali hingga usianya 7 bulanan.

Tips melatihnya:
- Berikan ruang yang cukup luas dan kesempatan untuk berlatih. Lantai adalah lokasi yang tepat untuk melatihnya.
- Puji si bayi, bicara padanya dan ajarkan terus saat ia berlatih memutar tubuhnya.
- Pegang barang yang menarik, seperti permainan bunyi-bunyian atau kaca bayi dekatnya. Ini akan menarik perhatiannya dan menggodanya untuk memutar tubuh untuk melihat.

4. Duduk
Saat bayi sudah bisa berguling, kemampuan untuk duduk adalah langkah berikutnya. Bayi memiliki cara pandang yang berbeda saat ia belajar duduk. Jadi, ini juga akan menjadi sebuah pengalaman baru untuk orangtua.
- Saat usianya sekitar 4 bulanan, bayi sudah bisa duduk ketika dibantu.
- Di usia 6 bulanan, bayi Anda kemungkinan sudah bisa duduk di bangku tinggi, dan kadang, beberapa bayi sudah bisa duduk sendiri sebelum ia berusia 1 tahun.

Tips melatihnya:
- Pangku si bayi sambil menghadap ke luar. Perut dan kaki Anda bisa menjadi sandarannya.
- Biarkan bayi duduk disanggah bantal berbentuk U.

5. Merangkak dan berjalan
Antara usia 8-13 bulan, bayi Anda akan mencapai sebuah proses belajar berjalan tersendat-sendat. Para orangtua seringkali melihat proses merangkak dan berjalan sebagai puncak pembelajaran anak. Namun perlu diingat, bahwa perkembangan setiap anak itu berbeda-beda. Konsultasikan dengan dokter anak jika Anda merasa si kecil belum bisa berjalan dengan baik pada usia yang seharusnya ia sudah bisa berjalan. Pola anak berjalan umumnya adalah:
- Pertama, ia akan belajar mengangkat tubuhnya dengan cara merangkak. Bertumpu pada tangan dan lututnya.
- Kemudian, ia akan mengayun tubuhnya ke depan dan ke belakang.
- Ia akan berusaha dalam beragam cara untuk bergerak, menggeliat, mendorong tubuh saat terduduk, bahkan bergerak seperti berenang di lantai.
- Setelah beberapa bulan, Anda akan melihat ia akan mulai belajar merangkak dengan benar.
- Tak semua bayi merangkak dengan cara yang sama. Faktanya, banyak pula anak yang tidak merangkak dan minta digenggam orangtua saat berjalan. Ada pula yang melakukan gaya jalan seperti beruang, dan banyak gaya lainnya. Apa pun gaya yang dipilih anak Anda, tahapan ini memberikannya kebebasan dan kesempatan untuk mengeksplorasi.

Tips melatihnya:
- Main "petak umpet". Ini menjadi permainan menyenangkan untuk bayi yang sedang belajar bergerak. Dekati si bayi sambil berkata, "Mama akan tangkap kamu..." Lalu merangkak menjauh, agar ia kembali mengejar. Cobalah bersembunyi di balik furnitur untuk "mencari" Anda.
- Ciptakan alur penuh rintangan. Isilah ruang mainnya di lantai dengan barang-barang yang bisa ia gunakan untuk merangkak naik, atau mengolong, namun pastikan keadaan aman untuknya.

*Sumber : kompas.com

Minggu, 21 November 2010

8 Kebutuhan Utama si Kecil Selain Makanan


Kebutuhan si kecil tidak hanya masalah makanan walaupun ini memang yang terpenting. Dari hasil penelitian ada 8 kebutuhan utama lain yang diinginkan oleh bayi dalam masa pertumbuhannya.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh bayi dalam masa pertumbuhannya adalah cinta, perhatian dan perawatan dasarnya.

Seperti dikutip dari Babycenter, Senin (22/11/2010) ada 8 langkah sederhana yang bisa dilakukan untuk membantu pertumbuhan si kecil, yaitu:

1. Tunjukkan cinta Anda
Anak-anak membutuhkan cinta, karenanya kepedulian dan dukungan emosional dari orangtua bisa memberikan anak rasa aman untuk menjelajahi dunia ini.

Sebuah bukti ilmiah menunjukkan bahwa cinta, perhatian dan kasih sayang pada tahun-tahun pertama kehidupan si kecil bisa berdampak langsung terhadap pertumbuhan fisik, mental dan emosional anak.

Marian Diamond, seorang ahli saraf dari University of California menuturkan cinta dan sentuhan bisa membuat otak anak tumbuh. Caranya bisa dengan memberikan pelukan, sentuhan, ciuman, senyum, mendengarkan dan bermain dengan si kecil kapan pun, sehingga membantu membangun kepercayaan dan ikatan emosional yang kuat.

2. Memberikan perawatan kebutuhan dasar anak
Kebutuhan dasar ini mencakup pemeriksaan kesehatan secara teratur, memberikan imunisasi sesuai waktunya, memberikan waktu tidur yang cukup (karena tidur yang baik dapat mambentuk sel-sel otak bayi membuat koneksi yang penting), serta memberikan ASI untuk buah hati.

ASI akan memberikan semua kebutuhkan nutrisi si kecil dan mencegah berbagai masalah kesehatan serta meningkatkan kecerdasan anak.

3. Berbicaralah dengan anak
Studi menunjukkan anak-anak yang sering diajak berbicara oleh orangtuanya akan memiliki IQ yang secara signifikan lebih tinggi dan kosakata yang lebih kaya karena mendapatkan banyak rangsangan verbal.

Nantinya anak akan mengembangkan keterampilan berbahasa yang baik, untuk itu berbicaralah dengan bahasa yang benar dan baik pada anak.

4. Mengajak anak membaca

Membaca dengan suara keras pada anak bisa membantu mengembangkan kosakata, merangsang imajinasi dan meningkatkan keterampilan membacanya. Bayi yang baru lahir akan sangat menikmati saat mendengarkan sebuah cerita, dan juga dapat menguatkan ikatan emosional.

5. Menstimulasi semua inderanya

Studi menunjukkan anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang mana melibatkan inderanya, memiliki otak yang lebih besar dan lebih aktif.

Berikan anak mainan berbagai bentuk tekstur, warna, suara dan sentuhan. Tapi sebaiknya tidak membombardir anak terus menerus, cobalah memberikan secara bertahap hingga anak mengerti.

Selain itu berikan anak lagu dan musik favoritnya serta ruang yang aman untuk anak mengembangkan otot-ototnya, keseimbangan dan koordinasi. Jauhkan benda-benda berbahaya dari jangkauan bayi, serta tidak terlalu sering melarang anak.

6. Mendorong anak terhadap tantangan baru
Misalnya ketika anak sulit membuka sebuah kotak, maka biarkan ia mencobanya terlebih dahulu. Jika ia terus berjuang dan tidak berhasil, tunjukkan caranya. Lalu tutuplah kembali kotak tersebut dan biarkan anak mencobanya lagi sendiri.

7. Orangtua perlu menjaga dirinya sendiri
Orangtua yang mengalami depresi atau sedang marah cenderung sering tidak mampu merespons dengan cepat dan sensitif terhadap kebutuhan anak.

Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Child Development and Psychopathology menemukan anak dengan ibu yang depresi kronis memiliki pola abnormal dalam aktivitas otaknya dan ikut depresi juga.

Jika merasa lelah, mintalah bantuan suami, keluarga atau dukungan dari orang-orang sekitar. Serta jangan lupa untuk meluangkan waktu bagi Anda sendiri agar bisa mengembalikan energi.

8. Carilah pengasuh yang baik
Jika orangtua bekerja dan tidak mampu merawat bayinya di siang hari, carilah pengasuh yang baik, berkualitas dan mengerti tentang perkembangan bayi yang sehat. Memilih keluarga atau orang terdekat bisa menjadi pilihan pertama sebelum menggunakan jasa pengasuh (babysitter).

*Sumber : detikhealth.com

Kamis, 18 November 2010

Mendandani Bayi, Jangan Asal Terlihat Lucu


Orang tua mana yang tak ingin melihat bayinya tampil menarik? Tetapi jangan asal keren lantas Anda melupakan faktor kemanan dan kenyamanan saat mendandani si kecil.

"Enak, ya, punya anak perempuan, bisa didandani macem-macem." Begitu, kan, komentar yang sering dilontarkan para ibu kepada ibu lain yang punya anak perempuan. Kita sendiri pun akan berpendapat demikian. Bukankah para ibu yang lebih suka berdandan? Apalagi, model busana anak perempuan pun beraneka ragam, tak seperti model busana anak lelaki. Belum lagi aksesorinya.

Padahal, yang namanya bayi, biar enggak didandani juga akan tetap menarik perhatian orang yang melihatnya. Baik bayi perempuan maupun bayi lelaki, mempunyai daya tarik tersendiri dibanding anak usia selanjutnya. Tentu boleh-boleh saja bila Anda ingin mendandani bayi Anda. Namun jangan sampai Anda melupakan faktor keamanan dan kenyamanannya.

Aman
Busana yang aman tentulah yang tak membahayakan bayi. Dalam kaitan ini, yang pertama harus Anda perhatikan adalah bahan busana. "Bahan yang mudah terbakar seperti nilon, sebaiknya dihindari," anjur dr Rini Sekartini, SpAK.

Yang kedua, aksesori. "Biasanya, busana untuk bayi perempuan banyak aksesorinya," lanjut dokter spesialis anak pada Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSUPN Cipto Mangunkusumo ini. Misalnya, dihiasi dengan pernik-pernik kecil. Hati-hati, lo, aksesori tersebut bisa tertelan oleh si kecil.

Terakhir, warnanya jangan luntur. Jangan lupa, bayi pada umumnya sangat aktif bergerak ke sana ke mari sehingga sering berkeringat. "Nah, jika warna busananya luntur, bisa-bisa menempel di tubuh si bayi." Dampaknya akan lebih buruk lagi bila terkena pada bayi yang alergi karena akan timbul reaksinya. "Mungkin yang paling aman adalah gambar pada busana daripada warna busananya."

Nyaman
Faktor kenyamanan pada busana dilihat dari sirkulasi udaranya yang baik. "Bagian ketiak sebaiknya jangan terlalu ketat dan jangan pula terlalu longgar agar bayi jadi tak sering berkeringat," tutur Rini. Dari segi model pilihlah yang membuat bayi bisa leluasa bergerak. Jadi, bukan lantaran modis-tidaknya busana tersebut. Misalnya, rok span, "Hanya enak untuk dilihat namun akan menghambat gerak bayi."

Ingat, pada masa bayi yang utama adalah perkembangan motoriknya. Jadi, kalau busananya menghambat, tentu juga akan mempengaruhi geraknya, yang berarti pula menghambat perkembangan motoriknya. Celana merupakan alternatif pilihan busana yang tepat karena tak menghambat gerak. Namun jangan lupa perhatikan karet celananya, Bu. "Bila karet celananya keras, bisa berbekas di tubuh bayi sehingga dapat meninggalkan tanda hitam. Terlebih lagi jika bayinya gendut."

Yang tak kalah penting, bahan busananya. Beberapa bayi, terang Rini, sensitif terhadap suatu bahan, biasanya bahan berbulu. Apalagi pada bayi yang di dalam keluarganya ada riwayat alergi. Nah, bahan busana yang paling aman adalah katun. Jikapun tak ada katun, bisa menggunakan bahan kaos yang menyerap keringat. "Jangan pilih bahan kaos yang licin karena terlalu banyak bahan sintetisnya sehingga tak dapat menyerap keringat dengan baik," sarannya.

Kancing depan
Untuk bayi baru lahir, tutur Rini, baju yang memiliki kancing di muka sangat praktis. "Ini berkaitan dengan kepala bayi yang masih lemah." Lain hal setelah bayi usia 3 bulan ke atas, bisa dipakaikan baju model kaos karena kepalanya sudah semakin kuat, sehingga baju bisa melalui kepala.

Baju kodok bisa menjadi pilihan karena praktis. Hanya dengan mengenakan satu baju, bayi dapat langsung memakai celana. Tetapi jangan lupa, ingat Rini, pilih yang bukaan di depan. "Jadi, mengenakannya seperti mengenakan baju biasa ke bayi. Karena kalau pemakaiannya lama, bayi juga akan gelisah duluan sehingga menangis." Anda pun tentunya juga jadi senewen karena bajunya enggak masuk-masuk.

Mudah diganti
Bila Anda ingin mengajak si kecil bepergian, saran Rini, sebaiknya pilih busana yang mudah diganti. Soalnya, saat bepergian kemungkinan terjadi bayi buang air kecil atau besar, dan bahkan muntah. "Jadi, bila model busananya rumit, menggantinya pun akan susah."

Faktor usia saat bayi diajak bepergian pun tak boleh dilupakan. Ketika usia bayi baru 2 minggu, misalnya, biasanya bayi baru bepergian ke dokter untuk kontrol. Nah, agar nyaman, pakaikan popok atau bila pusarnya sudah puput bisa dipakaikan celana. Model baju yang memiliki kancing di muka akan memudahkan pemeriksaan. Setelah baju, biasanya bayi akan dilapisi dengan bedong, baru dimasukkan ke dalam selimut besar.

"Selimut yang memiliki topi untuk menutupi kepala bayi bisa juga menjadi pertimbangan karena sekaligus bisa melindungi kepala bayi," kata Rini. Bayi yang sudah lebih besar biasanya akan mulai diajak bepergian ke berbagai macam tempat. Nah, sesuaikan busana bayi dengan kondisi tempat tujuan.

"Bila ingin diajak ke tempat dingin, baju yang dianjurkan tentunya yang dapat mencegah bayi kedinginan. Misalnya, busana lengan panjang dan celana panjang." Baju hangat juga bisa digunakan; pilih yang terbuat dari rajutan benang untuk mencegah alergi. Bila bepergian ke tempat berudara panas, misalnya, pantai, Rini menganjurkan agar bayi dipakaikan setelan celana pendek dan kaos.

"Kalau mau menggunakan busana tanpa lengan, kita lihat dulu kondisi bayi, apakah dia sering batuk pilek atau tidak," katanya.

Jadi, bila si kecil kondisinya kurang bagus, sebaiknya hindari busana yang terlalu terbuka. "Pakaikan baju yang tertutup namun berbahan tipis karena dia tak tahan dingin dan tak tahan angin. Apalagi di pantai, kan, banyak angin." Sementara baju model tanpa lengan bisa dipakai untuk jalan-jalan ke mal.

*Sumber : kompas.com

Kamis, 21 Oktober 2010

Balita si 1 Tahun: Terlambat Bicara, Tak Perlu Khawatir


Baca artikel dibawah ini, saya jadi tidak khawatir lagi. Karena anak saya, Jonathan belum juga bicara di usia 17bulan.

Setiap anak itu unik, ada yang mahir berjalan dulu, baru belajar bicara. Ada juga yang sebaliknya. Tapi tak jarang ada yang berkembang berbarengan. Justru karena setiap anak unik, dan memperlihatkan ciri yang berbeda, Anda harus cermat dan waspada.

Seperti spons. Di tahun pertamanya, si kecil menyerap semua bunyi bahasa yang didengarnya dari sekitar. Layaknya spons, selama masa bayi hingga tahun kedua, anak-anak dengan cepat menangkap dan bahkan ada yang langsung “mempraktikkan” hasil belajarnya dengan meniru memproduksi bunyi bahasa yang sama.

Namun, tidak semua anak segera memproduksi kata-kata pertama di akhir masa bayi. Bahkan tak semua anak aktif melatih ketrampilan bicara sampai 13 – 14 bulan. Jadi, ada yang mengalami masa praverbal hingga tahun ke dua. Yaitu, masa di mana si kecil menggunakan bahasa lain, selain tutur, untuk berkomunikasi, seperti mimik wajah, bahasa tubuh, atau kerlingan mata.

Sejauh si kecil memberi respons terhadap bahasa verbal Anda, dengan bahasa apa pun meskipun bukan bahasa verbal, hingga akhir tahun kedua atau menjelang usia 2 tahun, Anda tak perlu khawatir. Tapi Anda perlu mencatat dan bahkan berkonsultasi dengan ahli, apabila si kecil tak juga merespons kata-kata Anda meskipun sebatasa anggukan kepala.
Apalagi tanpa kontak mata, jauh sebelum usia 2 tahun seharusnya Anda telah mengenali gejala yang tak biasa ini dan bertanya pada dokter dan psikolog anak.

Corat-coret dan bercerita. Pada anak-anak yang normal dan baru meluncurkan kata-kata pertama di usia 15 bulan, orang tua perlu proaktif memberi si kecil dorongan dan rangsang. Kegiatan literasi awal, seperti membolak-balik halaman buku, corat-coret dengan krayon, atau kegiatan bercerita bisa menjadi langkah pertama yang mudah dilakukan dan tentu menyenangkan. Yang juga penting: beri ia motivasi dan pujilah secara verbal. Jika Anda ingin si kecil pandai bicara, tentu Anda harus jadi modelnya.

Kini bahkan tersedia buku-buku cerita dengan tokoh favorit, seperti
Dora The Explorer, Elmo, Nemo atau Bob The Builder yang memiliki tombol-tombol dan mengeluarkan suara. Bisa jadi, melihat tokoh favoritnya “berbicara” langsung kepadanya ketika ia menekan tombol, ia jadi terdorong untuk merespons secara verbal juga. Perdengarkan juga lagu-lagu anak Indonesia yang menarik dan memberinya wawasan berbahasa yang cukup .

Hal penting yang juga penting Anda lakukan adalah senantiasa berkomunikasi dengannya dengan menatap mata. Kontak mata ini penting untuk memberi si kecil rasa dihargai, merasa aman dan membantu Anda “mendeteksi” kalau-kalau ada yang tidak beres.

Selain
speech delay (terlambat bicara) yang murni karena masalah pada alat bicara, Anda perlu waspadai spektrum autism dan sindroma Asperger yang ditandai dengan penolakan kontak mata. Sudah begini, Anda tak perlu tunggu lagi, berkonsultasilah. Jika ditangani secara tepat sejak dini, tak tertutup kemungkinan si kecil bisa ”mengejar” ketertinggalan dalam perkembangan bahasa dan bicara.

*Sumber : ayahbunda.co.id

Tips Memandikan Bayi


Bagi ibu baru, awalnya mungkin takut memandikanbayi. Namun Anda tidak perlu takut bayi tidak suka mandi, karena selama sembilan bulan di kandungan, ia berenang dalam air ketuban.

Mantapkan hati ketika memandikan bayi. Pegang erat tubuhnya, dan mandikan dia dengan lembut. Berikut langkah-langkah, agar acara memandikan bayi tetap aman dan nyaman bagi bayi:

  • Perlengkapan 'perang'. Siapkan bak mandi, letakkan perlengkapan mandi, seperti sampo, sabun, handuk, di pinggir bak atau di tempat yang mudah dijangkau.
  • Air hangat. Isi bak dengan air hangat bersuhu 29-30 derajat celcius (ukur dengan alat pengukur suhu khusus untuk mandi bayi). Pasang pula baby support, atau penyangga tubuh bayi, di bak mandi untuk memperkecil risiko bayi tergelincir dari tangan Anda.
  • Seka dan sabuni. Seka wajahnya dengan waslap basah, tuang sabun cair two in one, lalu sabuni tubuh bayi mulai dari rambut, leher, badan, tangan dan kaki, serta lipatan-lipatan tubuhnya. Angkat sedikit badan bayi, kemudian sabuni punggungnya.
  • Bilas sampai bersih. Setelah itu, keringkan badan bayi dengan benar, termasuk tali pusatnya. Dandani bayi seperti biasa.

Agar acara mandi bayi makin menyenangkan, ajak bayi 'ngobrol' sambil bernyanyi. Pasti bayi akan semakin senang ritual mandinya.

*Sumber : ayahbunda.co.id

Senin, 18 Oktober 2010

Emergency Guide: UGD


Berikut beberapa tips dari para ahli agar Anda tetap tenang, dapat mengambil keputusan, dan mendapatkan perawatan terbaik saat timbul gejala-gejala yang mengharuskan Anda membawa si kecil ke Unit Gawat Darurat (UGD).


Demam tinggi

Tanda bahaya: Segera bawa anak Anda ke UGD jika ia mengalami demam dan suhu tubuhnya di atas 38°C disertai leher yang kaku, sakit kepala yang amat sangat, muntah dan lemas, karena kondisi ini bisa mengarah pada gejala meningitis. Jika bayi Anda berusia di bawah 6 bulan dan suhu tubuhnya mencapai 39°C atau lebih, segera bawa ke rumah sakit. Hubungi dokter anak jika bayi berusia di bawah 3 bulan mengalami demam dengan suhu tubuh antara 37.8°C - 39°C, atau jika usia bayi lebih dari 6 bulan dan mengalami demam dengan suhu 39°C atau lebih. Anda juga harus segera menghubungi dokter jika anak berusia di bawah 2 tahun mengalami demam hingga lebih dari 24 jam. Begitu pula jika anak berusia di atas 2 tahun dan demamnya bertahan lebih dari 3 hari. Pertolongan pertama: Beri obat penurun panas yang mengandung asetaminofen atau ibuprofen dan beri banyak minum seperti air atau jus buah untuk mencegah dehidrasi. Pakaikan baju yang longar dan tipis agar ia tidak kepanasan. Di rumah sakit: Akan dilakukan pemeriksaan fisik dan mungkin pemeriksaan dengan X-ray pada bagian dada, serta tes urin dan tes darah untuk memeriksa kemungkinan infeksi. Jika dokter mencurigai gejala meningitis, akan dilakukan pemeriksaan khusus spinal tap.

Luka tersayat atau robek
Tanda bahaya: Bagian yang tersayat terus menerus mengeluarkan darah setelah ditekan lebih dari lima menit, terlihat dalam dan menganga, bagian yang luka berada di dekat mata atau pada persendian. Luka menganga pada kulit akibat benda tajam atau gigitan binatang harus selalu diperiksakan ke dokter anak. Si kecil mungkin harus disuntik tetanus. Pertolongan pertama: Guyurkan air pada bagian yang terluka untuk menghilangkan debu dan kotoran yang melekat. Jangan menggosok bagian yang terluka, sebab partikel kotoran bisa semakin masuk ke dalam kulit. Tutup luka dengan kain lembut yang bersih dan tekan perlahan selama beberapa menit untuk menghentikan darah. Lalu lindungi dengan perban yang bersih atau kain kasa. Di rumah sakit: Dokter akan memberikan anestesi lokal pada bagian yang terluka agar dapat dibersihkan dan diberi obat antiseptik. Mungkin dokter akan menjahit luka tersebut atau menutupnya dengan perban.

Sakit perut, muntah, dan diare
Tanda bahaya: Sakit perut yang akut, terutama di perut bagian bawah; muntah yang berwarna hijau atau kekuningan; dehidrasi (termasuk bibir pecah-pecah, mata cekung, pembuluh air mata bengkak, dan susah buang air kecil); ada darah di air seni atau saat buang air besar. Ini bisa jadi gejala usus buntu; keracunan obat/makanan/bahan kimia; masalah pencernaan; atau gejala penyakit serius lainnya. Pertolongan pertama: Untuk mencegah dehidrasi, berikan satu atau dua sendok makan oralit setiap beberapa menit sekali. Jika anak juga mengalami diare, jangan diberi minuman soda atau jus apel karena rasa sakitnya bisa semakin parah. Di rumah sakit: Anak Anda akan menjalani pemeriksaan fisik dan, jika perlu, diberi cairan infus. Dokter mungkin akan menyarankan tes darah dan tes susulan untuk memeriksa kemungkinan usus buntu. Dokter juga akan memberikan obat untuk mengurangi muntah dan diare.

Serangan asma
Tanda bahaya: Anak terlihat sulit bernapas, napasnya berbunyi atau batuk-batuk, susah berbicara, terlihat pucat dan berkeringat. Jika sepuluh menit setelah diberi inhaler kondisinya tidak membaik atau justru semakin parah, segera bawa ke UGD.
Pertolongan pertama: Usahakan agar anak tetap tenang dan atur posisinya agar ia duduk tegak. Berikan seteguk air hangat untuk membantu mengeluarkan dahak. Bawa inhaler-nya dalam perjalanan menuju ke rumah sakit. Hubungi 112 untuk bantuan jika si kecil tidak bisa bernapas; detak jantungnya menjadi sangat cepat (berdebar-debar) atau bibir serta kuku-kukunya membiru; terlihat linglung dan lemah; atau hilang kesadaran. Di rumah sakit: Dokter akan mengukur kadar oksigen di tubuh anak, melakukan rontgen dada, memeriksa kerongkongan dan tes darah. Dokter juga mungkin akan memberi infus dan pengobatan untuk melegakan pernafasan. Jika terjadi serangan asma yang cukup hebat, ada kemungkinan harus diopname.

Retak atau patah tulang
Tanda bahaya: Anak terlihat sangat kesakitan; lengan atau kaki yang terluka terlihat bengkak, membiru atau bengkok; dan anak tidak mau menggerakkan atau menaruh beban pada kaki atau lengannya. Pertolongan pertama: Kompres dengan es batu pada area yang sakit dan posisikan bagian tubuhnya yang sakit itu lebih tinggi dari jantungnya. Lindungi bagian yang terluka atau sakit dengan sepotong karton atau gulungan majalah yang direkatkan dengan selotip. Jangan mencoba meluruskan sendiri tungkai atau lengan yang retak atau patah tersebut. Jangan berikan anak minuman atau makanan karena mungkin saat dirawat di rumah sakit ia harus dibius total. Di rumah sakit: Dokter akan memeriksa bagian tubuh yang sakit dan mungkin serangkaian pemeriksaan lebih lanjut. Bagian yang terluka akan dibalut atau digips. Jika lukanya parah, si kecil mungkin perlu dioperasi.

sumber : parentsindonesia.com

Senin, 11 Oktober 2010

Ajaklah Bayi Keluar Rumah Sesekali


Adaptasi memang diperlukan oleh bayi kecil dalam kehidupan sebuah keluarga. Namun, si kecil yang baru hadir ini pun perlu diajari mengenai bersosialisasi. Tempat pertamanya adalah dalam keluarga. Setahun pertamanya adalah tantangan yang cukup berat baginya untuk mengenal banyak hal dalam waktu singkat. Ada baiknya untuk mengajak bayi berkenalan dengan dunia luar dan orang-orang lain. Ini akan memungkinkannya berkomunikasi dan berinteraksi sejak usia dini.

Menurut dr Suririnah, pengarang Buku Pintar Merawat Bayi 0-12 Bulan, bayi sangat tertarik memerhatikan bayi lain dan suatu ketika dapat berinteraksi dengan bayi lain dengan cara menyentuh atau memukul mereka. Bayi bisa diperkenalkan dengan dunia lain dengan banyak cara. Berikut adalah beberapa pertimbangan untuk mengajak bayi bersosialisasi yang disarankan oleh dr Suririnah:

* Perkenalkan bayi dengan lingkungan sosial sebanyak mungkin. Membawa bayi ke luar bisa membantu Anda dan bayi memperoleh pergantian lingkungan dan variasi kegiatan sehari-hari. Bayi akan menikmati bepergian keluar bersama Anda. Ia jadi bisa menikmati stimulus/rangsangan dari wajah-wajah, suara, dan lingkungan baru yang akan ditemuinya dalam perjalanan.

* Cobalah bergabung dengan perkumpulan ibu-ibu dan bayi mereka. Makin banyak lingkungan sosial yang bisa diperkenalkan kepada bayi, makin baik, karena dunianya akan makin luas.

* Ajak bayi ke kelompok bermain atau ke kolam renang umum. Hal ini memberinya kesempatan untuk berada di kelompok besar. Bayi akan belajar bahwa senyum yang biasa ia lakukan di rumah ternyata akan mendapat respon yang sama ketika di luar rumah. Ia pun belajar bahwa dia memiliki pengaruh positif bagi lingkungan sekitarnya.

Dr Suririnah mengingatkan agar menjauhkan bayi dari bayi lainnya jika ia sedang merasa kesal, gelisah, atau ada yang sedang sakit. Bayi mudah terkena infeksi, batasi kontak bayi dengan penyakit. Disarankan pula untuk mengajak anak duduk di meja makan saat makan keluarga meski si bayi belum belajar makan makanan padat. Ia akan mendapat kesempatan untuk melihat interaksi di sekelilingnya.

*Sumber : Kompas.com

Selasa, 28 September 2010

Menyusui, Kontrasepsi Alami


Pemberian ASI eksklusif tak hanya bermanfaat bagi tumbuh kembang bayi. Bagi ibu, menyusui secara eksklusif bisa mencegah kehamilan atau sebagai alat kontrasepsi alami.

Pada saat menyusui bayi, tubuh ibu tak mampu menghasilkan sel telur yang matang. Jadi meskipun sel sperma berhasil masuk, sel telur yang ada tidak siap untuk dibuahi. Alhasil, kehamilan pun tidak terjadi.

Boleh dibilang, menyusui dengan ASI eksklusif merupakan salah satu metode ber-KB alami. Dalam bahasa medis disebut MAL (metode amenorea laktasi). Menurut dr.Asti Praborini, Sp.A, MAL adalah kontrasepsi yang mengandallkan pemberian ASI pada masa menyusui bayi. "Cara kerja MAL serupa dengan metode kontrasepsi hormonal, yaitu menunda atau menekan ovulasi atau pelepasan sel telur," katanya.

Memang efek kontrasepsi dari menyusui ini berbeda-beda masanya. Ada yang kembali haid setelah satu bulan berhenti menyusui. Ada juga wanita yang harus menunggu berbulan-bulan lamanya sampai akhirnya haid datang lagi. Namun begitu, pada beberapa kasus ada ibu menyusui yang "kecolongan". Jadi haid yang tak kunjung muncul itu bisa saja karena ibu telah hamil lagi.

Menurut dr.Asti, jika seorang ibu ingin menggunakan MAL, ada tiga kriteria utama yang harus dipenuhi agar berjalan efektif. Kriteria itu antara lain, memberikan ASI secara eksklusif, ibu belum mendapatkan menstruasi, dan bayi belum berusia enam bulan.

Jika salah satu dari kriteria ini tidak dipenuhi, maka penggunaan kontrasepsi dengan cara MAL akan gagal. "Oleh karena wanita biasanya mengalami ovulasi sebelum mendapatkan menstruasi, maka terdapat risiko ibu dapat hamil sebelum menstruasi kembali," katanya.

Pada beberapa kasus, kehamilan dapat tetap terjadi meski ibu memberi ASI eksklusif, yang artinya MAL tidak efektif 100 persen. Tetapi memang seorang ibu yang memberikan ASI eksklusif akan menjadi lebih tidak subur selama 6 bulan pertama setelah melahirkan.

*Sumber : Kompas.com

Rabu, 22 September 2010

Baby Walker Tidak Disarankan?


Baby walker, alat untuk bantu anak belajar berjalan ternyata tak disarankan. Baby walker biasanya menahan bayi dalam posisi berdiri dengan penahan kain, dan membantunya berjalan dengan roda di sekelilingnya. Buat para orang tua, produk ini amat membantu karena tak perlu dipegangi seharian. Namun, ternyata produk ini tidak disarankan untuk bayi.

American Academy of Pediatrics (AAP) mengatakan, produk ini bisa sebabkan bayi terluka serius. Berikut alasannya:
* Diperkirakan, produk baby walker adalah produk bayi yang paling banyak menyebabkan kecelakaan pada bayi ketimbang produk lainnya.

* Bayi yang berada dalam produk ini dilaporkan mengalami banyak kecelakaan. Mulai dari kecelakaan di sekitar kompor panas, kolam, dan furnitur rumah tangga.

* Kebanyakan anak berusia di bawah 15 bulan yang mengalami kecelakaan menggunakan baby walker terluka di sekitar tangga.

* Bahkan gerbang yang dipasang di ujung tangga tidak bisa mencegah anak terluka di sekitar tangga, meski dijaga oleh orang dewasa sekalipun.

* Riset mengatakan, bahwa baby walker tidak menguntungkan bagi perkembangan bayi. Baby walker tidak mengajarkan anak atau membantu mereka berjalan lebih cepat ketimbang bayi yang tidak menggunakannya. Baby walker mencegah kesempatan anak untuk belajar menarik dirinya berdiri, merangkak, dan memanjat.

* Boks bayi yang berisi mainan anak adalah pilihan yang lebih baik ketimbang baby walker. Tempat ini memberikan banyak aktivitas untuk menstimulasi bayi sambil menjaga keamanan mereka.

*Sumber : kompas.com

Keringet Buntet, Apa Penyebabnya?


Keringet buntet alias biang keringat merupakan kelainan kulit yang disebabkan tersumbatnya kelenjar keringat. Karena ada istilah "tersumbat" inilah makanya orang awam kerap menyebut biang keringat sebagai keringet buntet. Bagian tubuh yang diserang adalah daerah kepala, punggung, dada, dan bahkan muka. Maklumlah, hampir semua anggota tubuh manusia mengandung kelenjar keringat, kecuali mulut.

Sejak manusia lahir, terang dr Ari Muhandari Ardhie, SpKK, spesialis kulit dan kelamin dari Klinik Kulit & Kelamin RSAB Harapan Kita, Jakarta, sudah memiliki kelenjar keringat dan jumlahnya tak akan berubah karena tak ada penambahan. "Hanya pada bayi fungsi kelenjar keringatnya belum berjalan sempurna sehingga bayilah yang lebih kerap mengalami sumbatan kelenjar keringat." Itulah mengapa, biang keringat lebih umum ditemukan pada bayi.

Baju dan ventilasi
Tetapi, bukan berarti setiap bayi akan mengalami biang keringat, lo. Banyak juga, kok, bayi yang tak mengalaminya. Bukan lantaran bayi yang satu lebih rentan dengan biang keringat dibanding bayi lainnya, melainkan perawatan kulitnya. "Jika kulit bayi dirawat dengan baik, biang keringat juga tak akan terjadi, kok," ujar Ari.

Apalagi, tambahnya, biang keringat sebenarnya mudah dihindari. Misalnya, dengan memakaikan baju dari bahan yang menyerap keringat. Bahan katun bisa menjadi salah satu alternatif. Tapi modelnya jangan terlalu ketat, lho. Kalau modelnya ketat, meskipun bahannya katun, tetap saja akan mudah keringatan. Tapi kalau longgar, kan, lebih nyaman. Tentunya, ventilasi ruangan juga harus diperhatikan agar sirkulasi udaranya bagus.

"Nah, inilah prinsip-prinsip dasar mencegah dan mengobati tahap pertama biang keringat," tukas Ari. Jadi, Bu-Pak, bila si kecil mengalami biang keringat segeralah cari faktor pencetusnya, apakah karena pakaiannya yang tak tepat ataukah ventilasinya kurang. Bila keduanya sudah baik namun masih terjadi biang keringat, "bisa jadi karena kelalaian sang ibu atau pengasuhnya," tandas Ari. Misalnya, saat bayi berkeringat banyak dan bajunya basah tak langsung diganti bajunya dan dikeringkan badannya. Hal ini juga memicu terjadinya biang keringat, lho.

Bedak gatal
Biasanya para ibu akan memberi bedak tabur bayi di daerah yang terkena biang keringat. "Enggak apa-apa, kok, karena fungsi bedak, kan, untuk menyerap sisa kelembaban sehingga kulit jadi kering kembali," kata Ari. Juga, tak usah khawatir kulit si kecil akan bertambah kering dan bersisik dengan digunakannya bedak tabur. "Tanpa diberi bedak pun, pada dasarnya kulit dengan biang keringat sudah seperti bersisik kasar karena bentuknya yang bintil-bintil kecil berisi air.

Lagi pula, dalam waktu singkat juga akan dibuang bersama pengelupasan kulit karena letaknya sangat dangkal," terangnya. Bisa juga digunakan bedak khusus untuk mengatasi biang keringat yang dijual di pasaran, terutama bila biang keringatnya tetap membandel. "Bedak-bedak tersebut biasanya mengandung zat tambahan untuk mengurangi rasa gatal. Namun tak apa, karena prinsip pengobatan biang keringat hanya symptomatic atau mengurangi gejalanya saja. Selain itu, tentunya para produsen pun sudah memperhitungkan bahan-bahan yang aman bagi bayi."

Adapun bahan tambahan yang biasanya digunakan untuk mengurangi rasa gatal biang keringat ialah calamine dan mentol. "Kedua bahan ini aman untuk bayi," ujar Ari. Tapi tentu yang namanya individual cases atau exceptional casespasti ada. Misalnya, bayi A ternyata tak cocok pakai bedak biang keringat. "Mungkin ia rentan karena usia yang lebih muda. Bukankah usia muda memang lebih mudah mengalami iritasi?"

Nah, kalau sudah demikian berarti sudah menjadi tugas dokter. Serahkan juga pada dokter bila biang keringat akhirnya menjadi infeksi sekunder yang biasanya kerap terjadi pada biang keringat tipe dua"Karena gatal, maka anak-anak kerap menggaruknya sehingga terjadi infeksi sekunder. Bintil-bintil yang berwarna merah tersebut akan berisi nanah," tutur Ari. Biasanya dokter akan mempertimbangkan untuk memberikan obat antibiotik.

Hati-hati jamur
Yang perlu diperhatikan, ujar Ari, jangan sampai orang tua keliru mengira biang keringat padahal sebenarnya jamur. "Ini sering terjadi, lho. Orang tua mengeluh, biang keringatnya, kok, enggak sembuh-sembuh. Sewaktu diperiksa baru ketahuan itu bukan biang keringat, melainkan jamur," tuturnya. Oleh karena itu, anjurnya, sebaiknya orang tua yang sudah mencoba obat-obatan biang keringat memperhatikan bentuk hasil uji cobanya. Apalagi, sering terjadi kulit bayi tetap tak membaik meskipun sudah dicoba berbagai obat gatal.

"Sebaiknya bawa ke dokter terdekat untuk memastikan apakah benar biang keringat atau jamur. Karena orang awam mungkin sulit membedakan jamur dengan biang keringat. Mereka hanya lihat bintil-bintil merah. Tapi kalau dokter, pada umumnya dengan melihat sepintas bisa membedakan ini jamur atau biang keringat." Begitu pun bila bayi mengalami bruntusan merah di daerah kelamin.

"Itu bukan biang keringat karena tak ada pengaruhnya antara BAK dengan biang keringat. BAK merupakan fungsi sekresi yang berhubungan dengan saluran kemih, sedangkan biang keringat adalah sumbatan kelenjar keringat," terang Ari. Begitu juga bila bokong bayi mengalami bintil-bintil erah, "urusannya bukan pada biang keringat tapi lebih ke ruam popok."

Bagaimanapun, memang lebih aman diperiksakan dulu ke dokter baru kemudian diobati.

*Sumber : Tabloid Nakita/Faras Handayani

Selasa, 21 September 2010

Tips Mengamankan si Kecil


Di usia bayi hingga toddler (1-3th), si kecil memang belum mengerti tentang bahaya. Dalam masa eksplorasinya, dia mencoba apa saja tanpa memikirkan bahayanya. Mau tak mau, Anda atau siapa pun yang mengasuhnya harus lebih banyak berperan untuk mengamankan. Tapi, Anda perlu pandai menjaga ke-seimbangan antara faktor keamanan dan keinginan anak untuk eksplorasi. Jangan sampai larangan Anda justru bikin dia makin penasaran.

Kendati sulit mengantisipasi semua hal yang bisa membahayakan si kecil, yang penting adalah selalu berada satu langkah di depan. Jeli mengamati apa saja yang dapat mengundang celaka adalah cara mujarab untuk menghindarkan si kecil dari bahaya dan mengurangi rasa was-was Anda. Berikut beberapa poin childproofing, sekadar untuk mengingatkan Anda:

Hindari penggunaan taplak meja karena bisa ditarik oleh si kecil. Bahayanya, si kecil dapat tertimpa benda yang ikut tertarik bersama taplak.

Kembalikan segala sesuatu ke tempatnya, untuk mencegah benda berbahaya bisa dijangkau.

Jauhkan tas Anda dari jangkauan. Apalagi jika terdapat obat-obatan pribadi atau peniti.

Awas dengan benda sekecil apapun yang teramati di lantai. Singkirkan segera sebelum si kecil melihat dan ’mencicipi’nya.

Jangan biarkan si kecil berlari dengan mulut penuh agar tak tersedak.

Pungut mainan yang jatuh, dan bersihkan bekas ompol si kecil segera agar dia tidak terpeleset.

*sumber : parenting.co.id

Rabu, 15 September 2010

Ketika Si Kecil Gemar Menggigit


Tiba-tiba Anda melihat si kecil menggigit lengan temannya, Anda pun mulai panik dan bertanya-tanya, mengapa si kecil yang masih berumur 1-3 tahun seperti itu. Mengapa ia jahat? Tunggu dulu, ketahuilah bahwa menggigit adalah hal yang normal pada perkembangan anak.

Masing-masing anak memiliki alasan yang berbeda untuk menggigit. Ada yang menggigit karena ia merasa gusi gatal yang disebabkan oleh pertumbuhan awal gigi, ada pula yang menggigit karena ingin melihat reaksi dan perhatian orang lain.

Meski ini adalah fase yang umum dan normal, tetap saja perilaku semacam ini bukanlah hal yang bisa dibanggakan oleh orangtua. Berikut adalah beberapa hal yang menjadi penyebab si kecil menggigit.

* Ia dalam kesakitan. Ketika si bayi mulai menggigit, biasanya disebabkan oleh gusi gatal yang baru mau ditumbuhi oleh gigi. Ia menggigit untuk meredakan rasa sakit karena gusi yang membengkak karena terdorong oleh gigi yang mau tumbuh.

* Sedang mengeksplorasi dunia.
Anak yang masih sangat kecil menggunakan mulutnya untuk mengeksplorasi dunia, sama seperti mereka menggunakan tangan-tangan kecilnya. Segala macam hal yang bisa mereka pegang akan mereka coba dengan lidahnya. Di usia ini, anak belum bisa menyuruh dirinya sendiri untuk tidak menggigit hal-hal yang membuatnya tertarik.

* Mencari respons. Bagian dari eksplorasi adalah keingintahuan. Batita bereksperimen untuk melihat reaksi apa yang akan mereka dapatkan. Mereka menggigit teman atau saudaranya untuk mendengar eksklamasi terkejut tanpa menyadari bahwa tindakan tersebut bisa menyakiti orang lain.

* Mencari perhatian. Untuk anak-anak yang sudah agak besar, menggigit adalah sikap nakal yang mereka gunakan untuk mencari perhatian. Ketika anak merasa diasingkan, ia akan mencari cara untuk diperhatikan meski atensinya bersifat negatif, bukan positif.

* Frustrasi. Menggigit, sama seperti memukul, adalah salah satu cara untuk anak mengekspesikan dirinya ketika ia masih terlalu muda untuk mengekspresikan perasaannya lewat kata-kata. Bagi si kecil, gigitan bisa berarti permintaan untuk diberikan mainannya untuk memberitahu pada orangtuanya bahwa ia tak bahagia, atau untuk memberitahu teman sepermainannya bahwa ia sedang ingin sendiri dan tak ingin diganggu.

*sumber : Kompas.com

Senin, 30 Agustus 2010

Haruskah merangkak ?


Apakah anak yang tidak merangkak menandakan suatu gangguan perkembangan, atau akan berdampak buruk nantinya? Belum ada data yang memastikan.


Menurut para ahli terapis anak di Amerika Serikat, merangkak adalah pencapaian penting dalam perkembangan anak yang berdampak jangka panjang. Dengan tidak merangkak, otot bagian atas tubuh anak termasuk otot tangan menjadi kurang terlatih. Efek akan terlihat pada kemampuan anak menyangga tubuh bagian atas, yang diperlukan ketika anak menulis, berpa-kaian, memanjat atau mengangkat tubuh keluar dari kolam renang. Menurut para ahli ini, anak-anak yang tidak merangkak, akan lebih lambat menguasai kete-rampilan sejenis ini.

Di sisi lain, para ahli medis anak di Amerika Serikat berpendapat sebaliknya. Menurut mereka, belum ada data yang menunjukkan dampak negatif tidak merangkak. Nyatanya, banyak juga anak yang tidak merangkak, tak mengalami hambatan apa pun dalam perkembangannya. Menurut mereka, merangkak tidak sepenting pencapaian lain seperti berjalan dan berdiri.

Sementara masih jadi perdebatan para ahli, tidak perlu cemas berlebihan jika si kecil ternyata tidak merangkak. Diskusikan saja dengan dokter anak, apalagi jika ada pencapaian lain yang belum dikuasai si kecil seperti duduk tanpa dibantu, atau terlalu dominan pada sisi tubuh tertentu.

Berikut 2 alasan mengapa anak kurang mendapat kesempatan untuk merangkak:

• Anak menemukan cara lain untuk bergerak. Hati-hati lho, anak yang terlalu banyak digendong bisa malas berusaha dengan kemampuannya sendiri untuk bergerak.

• Anak terlalu banyak dibaringkan terlentang. Posisi terlentang memang sangat dianjurkan ketika anak tidur untuk mencegah SIDS (Sudden Infant Death Syndrome). Tapi, saat dia bangun sebaiknya diimbangi dengan telungkup.

Aktivitas yang baik untuk merangsang merangkak adalah tummy play atau aktivitas bermain di atas kasur/karpet di mana anak diletakkan berbaring pada perutnya atau tertelungkup (bukan pada saat tidur). Lalu, sebarkan mainan kesukaan dia di sekitarnya. Dengan begini, anak diharapkan untuk terdorong merangkak meraih mainannya.

**sumber : parenting.co.id

Ketika Si Bayi Terserang Flu



Nama lain flu adalah influenza, common cold, batuk pilek, atau kadang, masuk angin. Biasanya penularan terjadi saat penderita awal terbatuk, bersin, dan terlontar melalui kontak tangan. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus yang jenisnya sangat banyak, tetapi gejalanya mirip.

Diterangkan oleh dr Suririnah, dalam bukunya yang berjudul
Buku Pintar Merawat Bayi 0-12 Bulan, mengatakan, gejala flu antara lain; batuk, pilek, bersin, nafsu makan menurun, nyeri bila menelan makanan, dan demam (biasanya tak lebih dari 38.5 derajat Celsius).

Flu sebenarnya bukan penyakit berbahaya, karena jarang menimbulkan komplikasi, meski disertai demam tinggi sekalipun. Namun, meski tidak berbahaya, bayi dan anak yang terkena flu akan cukup terganggu. Umumnya, anak jadi sulit tidur, tak mau makan, dan rewel. Perlu diwaspadai pula, jika kondisi daya tahan tubuh anak menurun, bisa terjadi komplikasi; pneumonia, bronkitis, infeksi telinga, sinus, atau hingga infeksi telinga tengah.

Dr Suririnah berbagi tips bagaimana menangani flu pada anak;
* Pastikan si anak mendapat istirahat dan cairan yang cukup. Beri ASI atau susu sesering mungkin, atau makanan padat (jika sudah mulai), seperti sup dan buah-buahan untuk tambahan cairan.

* Untuk bayi yang kurang dari 6 bulan, bantu bayi mengeluarkan ingus dengan alat penyedot ingus yang banyak di pasarran.

* Bantu ia mengeringkan lendir di daerah kepala dengan meletakkan selimut yang dilipat di antara kasur dan ranjangnya di bagian kepala, agar posisi kepala lebih tinggi.

* Perlu diketahui, bahwa penyebab flu adalah virus, dan tidak akan bereaksi dengan antibiotika. Dokter baru akan memberi antibiotika jika sudah terjadi komplikasi infeksi bakteri, seperti radang paru-paru atau infeksi telinga.

* Periksa suhu tubuh bayi dengan termometer khusus untuk memastikan suhunya tetap dalam kondisi yang baik.

Bayi baru lahir sering bersin untuk mengeluarkan sisa lendir dan sebagai reaksi tubuh untuk membersihkan jalan napas yang teriritasi. Keadaan ini normal, dan bukan tanda-tanda flu. Namun, jika Anda merasa ada keraguan, sebaiknya selalu konsultasikan dengan dokter anak kepercayaan Anda.

**sumber : Kompas.com

Selasa, 03 Agustus 2010

Contoh makanan padat untuk bayi


Contoh Makanan Padat :
Usia 6 bulan :
Bubur susu 1-2 sendok makan, dua kali sehari.
Sayuran dalam jumlah sekitar 1-2 sendok makan, dilumatkan.
Buah dalam jumlah kecil, sekitar 1-2 sendok makan, dilumatkan.

Usia 7 bulan :
Bubur susu 2-3 sendok makan, dua kali per hari.
Sayuran 2-4 sendok makan, dilumatkan.
Buah 2-4 sendok makan, dilumatkan. Ikan, daging, ayam, 1-2 sendok makan, dilumatkan.
Kentang 1 sendok makan, dilumatkan.

Usia 8 bulan :
Bubur susu 2-3 sendok makan, dua kali per hari.
Sayuran 6-8 sendok makan, dilumatkan.
Buah 2-4 sendok makan, dihaluskan.
Daging, ikan, ayam, 1-2 sendok makan, dilumatkan. Kentang, nasi, 1-2 sendok makan, dilumatkan.

Usia 9 bulan :
Bubur susu 3-4 sendok makan, dua kali sehari.
Sayuran 2-3 sendok makan, dilumatkan.
Buah 3-4 sendok makan, dihancurkan.
Ikan, daging, ayam, 1-2 sendok makan, dilumatkan.
Kentang, nasi, 2-3 sendok makan, dilumatkan.

Usia 10 bulan
Bubur susu 3-4 sendok makan, dua kali sehari.
Sayuran 3-4 sendok makan, dilumatkan atau dicincang kasar.
Buah 3-4 sendok makan, dihancurkan atau dicincang kasar.
Ikan, daging, ayam, 1-2 sendok makan, dilumatkan atau dicincang kasar.
Kentang, nasi, 2-3 sendok makan, dilumatkan.

Usia 11 bulan :
Bubur susu 4 sendok makan, dua kali sehari.
Sayuran 3-4 sendok makan, dilumatkan atau dicincang kasar.
Buah 3-4 sendok makan, dihancurkan, dilumatkan, atau dicincang.
Ikan, daging, ayam, 2-4 sendok makan, dilumatkan atau dicincang.
Kentang, nasi, 4-5 sendok makan, dilumatkan atau dicincang.

Usia 12 bulan
Bubur susu 4 sendok makan, dua kali sehari.
Sayuran 3-4 sendok makan, dicincang kasar.
Buah 3-4 sendok makan, dicincang.
Ikan, daging, ayam, 3-4 sendok makan, dicincang.
Kentang, nasi, 2-3 sendok makan, dicincang atau sedikit dihancurkan.


*Sumber : Kompas.com

Makanan Terlarang untuk Bayi


Kebanyakan ibu biasanya masih ragu, makanan apa yang perlu disiapkan untuk memperkenalkan makanan padat untuk bayi. Usia yang disarankan bagi anak untuk disapih dari ASI dan susu formula adalah 4-6 bulan, demikian menurut American Academy of Pediatric. Setelah itu, perlahan-lahan Anda bisa mulai menyediakan makanan baru agar pencernaannya mulai menyesuaikan diri. Anda juga bisa memberikan makanan baru ini sebagai tambahan untuk ASI atau susu formulanya.

Ketika anak mulai disiapkan untuk menerima makanan-makanan baru, ada beberapa jenis makanan yang sebaiknya tidak mereka konsumsi hingga usianya 1 tahun:

Madu
Madu bisa saja mengandung spora botulisme, salah satu kondisi yang disebabkan akibat keracunan makanan. Saluran usus orang dewasa mungkin cukup kuat untuk mencegah pertumbuhan spora ini, tetapi sistem pencernaan bayi belum mampu melakukannya. Mengonsumsinya bisa menimbulkan racun yang cukup membahayakan.

Selai kacang
Teksturnya yang tebal dan lengket membuat bayi sulit untuk menelannya. Belum waktunya bagi Anda untuk memperkenalkan selai kacang atau olesan lainnya yang bertekstur sama untuk si kecil.

Susu sapi
ASI masih menjadi pilihan terbaik sampai si kecil berusia 1 tahun. Pasalnya, bayi masih belum dapat mencerna protein dalam susu sapi dengan semestinya. Lagi pula, susu sapi tidak mengandung nutrisi yang diperlukan seperti pada ASI. Susu sapi juga mengandung mineral-mineral yang bisa saja merusak ginjalnya yang sedang berkembang.

Makanan lain yang perlu dihindari

Garam (ginjal bayi belum cukup kuat untuk menerimanya), makanan rendah lemak (tidak disarankan untuk anak di bawah usia 2 tahun), jus buah atau jeruk murni, telur mentah, pemanis buatan, hot dog, dan sosis yang tinggi kadar lemak. Begitu pula makanan dengan tambahan bumbu dan rempah-rempah.

Makanan yang bikin tersedak
Makanan sebesar kacang paling aman untuk bayi karena peluang untuk tersedak sangat kecil. Jadi, selalu potong seukuran dadu makanan apa pun yang Anda siapkan untuk bayi, entah itu buah, sayuran, keju, atau daging. Makanan yang kecil, tetapi keras, seperti kacang, popcorn, permen, atau kismis, perlu dihindari agar si kecil tidak tersedak. Bahkan, makanan yang lunak seperti marshmallow atau jelly pun bisa tersangkut di kerongkongannya.

Alergi

Biasanya Anda akan diminta dokter menunggu sampai si kecil berusia 1 tahun atau lebih untuk memperkenalkan makanan padat yang bisa mengandung alergen. Contohnya, makanan yang mengandung kacang. Sebaiknya kenalkan jenis makanan baru secara berangsur-angsur. Tunggu saja sampai beberapa hari untuk memastikan bayi tidak mengalami reaksi negatif dari makanan tersebut. Jika keluarga Anda memang cenderung mengalami alergi, konsultasikan dulu ke dokter mengenai cara memperkenalkan makanan, seperti susu sapi, kacang, gandum, ikan, dan telur.

Tidak makan di mobil
Jangan biarkan anak makan sendiri di dalam mobil, apalagi jika Anda sedang memegang kemudi. Ketika jalanan tidak rata, lonjakan yang ditimbulkan bisa bikin anak tersedak.

Kapan bayi boleh makan?

Dalam beberapa minggu pertama setelah disapih, bayi bisa diberi makan puree (bubur buah), seperti puree wortel, kentang, ubi jalar, pisang, dan pir. Makanan bayi kemasan sebaiknya dibatasi karena sering kali mengandung banyak gula. Yang paling aman memang membuat sendiri makanan untuk si kecil.

*sumber : Kompas.com

Minggu, 11 Juli 2010

Tips Memilih Dot


Beli beberapa jenis dot, dan amati serta temukan jenis yang paling sesuai dan disenangi bayi. Perhatikan juga bahan dan keamanannya.

Bahan:
  • Dot dari bahan silikon maupun lateks sama-sama memiliki kelebihan. Pilih yang disukai bayi.
  • Kelabihan dot silikon: tidak berbau, mudah dibersihkan, cukup kuat menahan gigitan bayi, serta tidak begitu lentur dan terasa lembut di mulut bayi.
  • Kelebihan dot lateks lebih lentur, kenyal dan lembut di mulut bayi, namun kadangkala meninggalkan bau bila kurang bersih mencucinya dan mudah robek akibat gigitan bayi.
Kemanan:
  • Periksa kekuatan melekat dot di bagian berbentuk puting (dari lateks atau silikon) yang digigit bayi. bila Anda dapat melepasnya dengan mudah, jangan dipilih. Sebab, bayi akan berisiko tersedak ketika dia dengan mudah melepas bagian tersebut saat ngedot.
  • Pilih dot ortodentik, yakni yang dirancang khusus agar tidak menganggu pertumbuhan gigi dan kesehatan gusi. Biasanya, ujung puting berbentuk bulat dan bagian bawah datar (rata).
  • Beli dot dengan panjang puting minimal 3,75 cm untuk mencegah risiko bayi Anda tersedak.
  • Pilih yang pegangannya berwarna mencolok atau berpendar di tempat gelap agar mudah menemukannya bila terjatuh.
  • Pilih yang memiliki lubang di bagian bawah dot sehingga memungkinkan terjadi sirkulasi udara saat dipakai. Ini akan memperkecil risiko terjadinya ruam di sekeliling mulut atau bibir bayi.
*Sumber : Ayahbunda.co.id